Kasus Temuan 39 Jasad WN Vietnam dalam Truk di Inggris, Sopir Mengaku Bersalah

Sopir berkebangsaan Inggris, Maurice Robinson (25 tahun), mengaku bersalah dalam kasus temuan 39 jasad WN Vietnam dalam truk di Essex

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Nov 2019, 07:02 WIB
Maurice Robinson, supir dalam kasus temuan 39 mayat dalam truk di Essex, Inggris. Pria 25 tahun itu didakwa dengan pasal berlapis, termasuk pembunuhan tak berencana atau manslaughter (Facebook)

Liputan6.com, London - Sopir berkebangsaan Inggris, Maurice Robinson (25 tahun), mengaku bersalah terlibat komplotan untuk menyelundupkan migran gelap.

Robinson muncul dalam sidang pembacaan dakwaan di pengadilan pusat kota London lewat saluran televisi dari penjara Belmarsh yang dijaga ketat di barat daya London, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (27/11/2019).

Sebanyak 31 mayat laki-laki dan delapan perempuan ditemukan dalam sebuah truk kontainer di kawasan industri dekat London pada tanggal 23 Oktober lalu.

Truk itu dibawa sebuah kapal ferry pengangkut kargo dari pelabuhan Zeebrugge di Belgia, untuk kemudian tiba di Inggris.

Menurut berita yang dilansir dari AFP, Robinson menghadapi 39 dakwaan, termasuk melakukan pembunuhan yang tidak disengaja, penyelundupan manusia dan pencucian uang berdasarkan hukum Inggris.

Sopir truk itu juga mengakui mendapat uang dari kejahatan tadi, dan akan dihadapkan ke muka hakim yang sama tanggal 13 Desember untuk menghadapi dakwaan lainnya.

Simak video pilihan berikut:


Inggris Mulai Pulangkan 39 Jasad WN Vietnam ke Keluarga

39 Jasad Ditemukan dalam truk di Essex, Inggris. (Source: AP/ Aaron Chown)

Dana sekitar Rp 1,5 miliar berhasil terkumpul melalui inisiatif penggalangan dana, untuk membantu para keluarga yang ingin memulangkan keluarga yang menjadi korban dalam kasus temuan 39 jasad dalam truk di Inggris.

Dana tersebut akan digunakan untuk membantu biaya pemulangan menggunakan pesawat dari Inggris kepada keluarga di Vietnam, seperti dilansir pada BBC, Jumat (22/11/2019).

Pemerintah Vietnam telah menawarkan pinjaman kepada keluarga korban, beberapa di antara mereka memang terhalang masalah biaya dalam proses pemulangan keluarganya.

Proses repatriasi atau pemulangan akan membutuhkan biaya sekitar Rp 40 juta untuk setiap jasadnya, menurut laporan dari Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam.

Jika jasad tersebut telah dikremasi sebelumnya, biayanya hanya akan berkurang sepertiganya.

Pada Senin 18 November, ketika pemerintah memberitahukan adanya pinjaman, beberapa pihak keluarga dari 39 jasad tersebut mengatakan pada pihak BBC bahwa mereka akan meminjam uang untuk melakukan proses repatriasi tersebut.

Pham Ngoc Tuan, saudara laki-laki dari salah seorang korban mengatakan: "Kami sudah meminjam uang, maka kami harus menggadaikan apa yang kami punya. Saya tidak tahu apakah saya masih bisa meminjam lagi."

Beberapa organisasi Vietnam telah membantu untuk menggalang dana bagi para korban dan keluarganya.

Salah satu organisasi, GoFundMe berhasil mengumpulkan dana lebih dari target yang ditetapkan sebelumnya.

Mereka bertujuan memberikan Rp 14 juta untuk setiap keluarga.

Vingroup, perusahaan terdaftar terbesar di Vietnam, telah mengkonfirmasi akan menyumbangkan Rp 12 juta untuk masing-masing dari 39 keluarga.

Menurut Sasha Mai, salah satu penyelenggara upaya pendanaan, kampanye lain telah mengumpulkan lebih dari Rp 846 juta secara kolektif.

Upaya tersebut diselenggarakan oleh komunitas masyarakat Nghe An di ibu kota Jerman, Berlin, dan Asosiasi Vietnam Birmingham di Inggris.

Sejauh ini pemerintah Vietnam belum mengkonfirmasi kapan jenazah para korban akan mulai dipulangkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya