Liputan6.com, Tanjungpinang - Matahari belum meninggi ketika kapal layar pompong lalu lalang di Sungai Riau. Jalur ini menjadi satu-satunya akses menuju pulau mungil bernama Pulau Penyengat. Sesampai di dermaga, ada warga sekitar yang juga akan menyeberang ke Tanjungpinang, baik untuk bersekolah hingga bekerja.
Dari kejauhan terlihat dermaga Pulau Penyengat dicat berwarna-warni mulai dari warna biru, merah, dan didominasi kuning. Saat menyusuri dermaga, ada pula papan-papan kecil di bagian atas yang bertuliskan bermacam ragam pantun.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum memasuki pulau, pengunjung disambut dengan gapura besar warna kuning bertuliskan "Selamat Datang di Pulau Penyengat". Tepat di sebelah kanan gapura, terdapat sebuah warung yang menjual ragam sajian untuk sarapan.
Adalah Warung Pak Ali yang setiap pagi sibuk melayani pembeli dari warga sekitar. Seperti namanya, warung milik Mukhali tersebut mulai berjualan sejak 13 tahun lalu. Awalnya, ia hanya berjualan es campur, setelah itu baru menjajakan macam-macam kudapan khas Pulau Penyengat.
"Saya tinggal di penginapan Sultan yang lama, di situ ada ibu yang menitipkan kue," kata Mukhali kepada Liputan6.com di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, Selasa, 26 November 2019.
Sejak itu pula, ada banyak yang turut menitipkan kue untuk dijual di warung pria yang akrab disapa Ali tersebut. Beragam kudapan khas Pulau Penyengat pun mantap disajikan.
"Ada tembosa isinya kentang dicampur (ikan) tamban yang dimasak, pulut sambal, nasi malaka, nasi dagang," tambahnya.
Selain itu, Warung Pak Ali juga menjual karipap yang berisi kentang dan wortel di alit kulit lumpia. Terdapat beberapa kudapan bernama unik, seperti kue badak.
Kudapan itu terbuat dari ubi yang berisi abon ikan dan terasa sedikit pedas. Lalu, putri salat yang terdiri atas dua lapisan, yaitu puding pandan pada bagian atas dan ketan di bawahnya.
Sekitar pukul 05.00 WIB, para ibu telah mengantarkan kue-kue yang akan dijual. Biasanya, para warga sehabis salat subuh langsung turun ke Warung Pak Ali membeli kue untuk sarapan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Nasi Dagang dan Nasi Malaka
Di setiap meja Warung Pak Ali terdapat ceret berwarna emas lengkap dengan tatakan. "Kebanyakan kalau di daerah Melayu disediakan untuk cuci tangan," kata Nurfatilla selaku Interpreter Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Penyengat pada kesempatan yang sama.
Tilla, begitu ia akrab disapa, juga menyebutkan perbedaan nasi dagang dan nasi malaka. Nasi dagang sendiri berisi nasi dalam porsi kecil bersama ikan yang telah disalai, proses pengasapan ikan di atas sabut kelapa.
"Nama nasi dagang didapat karena jalur perdagangan banyak yang masuk ke sini, bagi pedagang yang akan melanjutkan perjalanannya, dibuatlah nasi dagang," tambahnya.
Nasi dagang dan nasi malaka sama-sama dimasak dengan santan kelapa dan dibungkus daun kelapa. Namun, nasi malaka memiliki keunikan tersendiri yakni menggunakan halba atau kelabat dari Timur Tengah yang sampai ke Pulau Penyengat.
"Biasanya bisa juga buat kari, dengan makan halba bisa bikin sehat yang bermanfaat menurunkan gula darah dan kolesterol," jelas Tilla.
Advertisement