Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat dan Republik Indonesia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik lewat pertunjukan gamelan grup Duta Laras yang digelar di @america. Para pemain gamelan itu terdiri atas seniman senior lokal dan beberapa pegawai Kedutaan Besar AS.
Membuka acara tersebut, Plt. Deputy Chief of Mission Kedubes AS James Dayringer mengucapkan rasa syukur atas perayaan hubungan diplomatik ini sembari mengapresiasi seni gamelan. Ia pun mengungkap Kedubes Indonesia di Washington D.C. juga mempromosikan musik khas Tanah Air itu pada awal tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
"Kedubes Indonesia di Washington membuka tahun ini pada Januari kemarin dengan performa gamelan selama tiga jam di katedral nasional kami," ujar Dayringer pada Rabu (27/11/2019) di @america, Jakarta.
Penampilan gamelan di @america dipandu oleh Kitsie Emerson, seniman dan akademisi kesenian wayang serta gamelan. Pada pembukaan, Duta Laras menampilkan musik Manyer Sewu.
Performa itu disusul musik-musik lain seperti Gugur Gunung karya seniman internasional K.P.H. Notoprojo hingga Lagon Semangat Juang '45 karya Soekarno. Ada pula pertunjukan tari gambyang dan bambangan cakil.
Sesekali, Emerson menjelaskan latar belakang musik yang dimainkan kepada puluhan audiens. Penonton pun juga terhibur dan tertawa berkat aksi pemeran raksasa di tari bambangan cakil.
Dalam acara ini turut hadir pula seniman gamelan sekaligus suami Kitsie Emerson, yakni Wakidi Dwidjomartono. Pasangan itu yang telah membawa kesenian gamelan ke banyak negara.
Beberapa negara yang sudah mereka kunjungi adalah Amerika, Prancis, Jepang, Australia, Jerman, Inggris, Meksiko, Polandia, dan kini sedang fokus di Hongaria.
Tameng bahasa memang menjadi tantangan bagi orang asing dalam belajar gamelan, namun Kitsie berkata hambatan bahasa itu bisa diselesaikan berkat Bahasa Gamelan yang bertindak sebagai sinyal pada tempo bermain.
"Untuk mereka mungkin berat, tapi ada bahasa gamelan sendiri supaya (bermainnya) lebih cepat lebih pelan, untuk stop, untuk mulai," ucap Kitsie kepada Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bagaikan Musik Jazz
Kitsie jatuh hati pada gamelan sejak 40 tahun lalu sebagai mahasiswi di Universitas Cornell. Ia berkata mempelajari gamelan kepada pelajar tidak hanya mengajarkan musik, melainkan juga kekompakan.
Terkait sebutan "pemain gamelan bule", Kitsie menyebut kurang menyukai istilah bule tersebut. Ia lebih menerima sapaan "orang asing" atau "orang luar saja."
Menariknya lagi, wanita asal Michigan itu menyebut musik gamelan mirip seperti musik jazz yang mengandalkan kemampuan adaptasi di tengah pertunjukan. Inilah mengapa kemampuan kerja sama penting saat bermain gamelan.
"Jadi itu lebih seperi jazz di Amerika, kalau musik klasik kan ada score yang tetap, tapi kalau musik gamelan bisa berubah di tempat," jelas wanita yang juga mengajar di Jakarta Intercultural School.
Sementara, seniman gamelan Wakidi Dwidjomartono mengaku bahagia dengan pekerjaannya. Hasil berlatih gamelan selama bertahun-tahun kini telah berbuah manis.
"Saya sangat tertarik sekali demgan gamelan sejak kecil. Saya tekuni dan geluti belajar sampai akhirnya bisa mendapatkan buahnya," ucap Wakidi yang akan membuka sekolah gamelan di Solo.
Advertisement