Liputan6.com, Jakarta Marchadi, penderita kanker paru dan anggota komunitas Cancer Information dan Support Center (CISC), berbagi pengalamannya melewati masa-masa kritis saat terkena kanker paru. Ia diiagnosis kanker paru adenocarcinoma dengan jenis ALK positif yang langka pada 2014 setelah mengalami batuk berkepanjangan selama kurang lebih satu tahun lamanya.
Sebagai seorang yang bukan perokok dan mempunyai aktivitas pekerjaan yang jauh dari lingkungan yang berisiko menyebabkan kanker paru, Marchadi merasa seharusnya ia tidak akan menderita kanker.
Advertisement
“Lingkungan saya, saya merasa tidak terlalu kaseinogen artinya memang ada thinner, minyak-minyak cat tapi saya kan tidak disitu karena saya kan bukan orang pabrik yang di dalam pabrik terus paling hanya sekali-sekali, saya juga tidak merokok,” kata Marchadi di Konferensi Pers Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia “Kanker Paru ALK-Positif: Kenali, Periksa, Tangani Bersama,” di Jakarta Pusat.
Tidak berhenti sampai disitu, pada Desember 2017 terdeteksi adanya penyebaran sel kanker ke otak (metastasis) pada pria berusia 59 tahun ini, sehingga ia harus menjalani whole brain radiotherapy. Berbagai tantangan dilaluinya dimulai dari rasa nyeri yang tak tertahankan dipanggul dimana sel kanker sudah menyebar ke tulang panggul dan tulang belakang.
Sebagai seorang penyintas kanker, Marchadi sempat berobat di luar negeri menjalani kemoterapi infus selama enam siklus dalam waktu lebih dari empat bulan. Namun tumor malah membesar, sel kanker menyebar, dan ketika batuk juga keluar darah segar.
“Sejak awal terdeteksi, pengobatan yang saya jalani adalah kemoterapi infus selama enam siklus dalam waktu 4.5 bulan. Tetapi ternyata tidak cocok, tumor membesar dari ukuran semula 8 cm, penyebaran sel kanker juga lebih banyak, dan ketika batuk keluar darah segar,” kata Marchadi.
Kemudian Marchadi melakukan testing ALK (Anaplastic Lymphoma Kinase) dan positif. Pada Agustus 2017 ia mulai diberikan obat terapi target anti ALK. Dalam beberpa bulan beberapa titik kanker di kepala Marchadi mengecil dan ia dapat bertahan dari kanker paru dengan jenis ALK positif yang langka.
Marchadi mengatakan bahwa selama ini orang sering beranggapan bahwa sel kanker selalu berhubungan dengan udara. Namun ia mengungkapkan banyak faktor lainnya yang harus diketahui seperti kelelahan fisik dan psikis.
“Faktor dari penyakit kanker itu ada yang lain ada beberapa faktor dan faktor terbesar itu kelelahan fisik dan psikis. Setiap orang kan punya sel kanker tapi pelindungnya ada lemah ada yang kuat sehingga kalau kita lemah dia juga akan lemah dan kanker akan terproduksi,” ucap Marchadi.
Selain itu, dukungan dari orang-orang terkasih dan komunitas kanker yang diikutinya membuat semangat Marchadi untuk bertahan dan melawan penyakitnya terus tumbuh. Dampingan dari istri tercinta membantunya untuk lebih memperhatikan hidup dan menerapkan pola hidup yang sehat.
“Saya merasa dukungan cinta dari istri dan juga komunitas membuat saya kuat untuk berjuang. Saya pun bertekad menjalani hidup lebih sehat lagi dan membagikan semangat untuk tetap sehat kepada teman-teman,” ucap Marchadi.
Setelah lima tahun survive dengan penyakit kanker paru yang dideritanya Marchadi sangat menjaga asupan makan dengan baik, berolahraga dengan jalan kaki secara teratur, dan berkumpul dengan orang-orang tercinta. Bahkan baru-baru ini, Marchadi menyelesaikan track naik-turun gunung Sinai yang sanggup dilakukan dalam waktu lima jam.
Penulis: Winda Nelfira