Ilmuwan FKUI Ciptakan Aplikasi Bantu Kader Jumantik Pantau DBD

Tim Pengabdian Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ciptakan aplikasi untuk bantu masyarakat memantau wilayah berisiko DBD

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 30 Nov 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi Foto Nyamuk (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang berisiko bagi masyarakat Indonesia. Baru-baru ini, para ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menciptakan aplikasi yang mampu membantu seseorang memantau penyakit tersebut.

Dua dosen dan tiga mahasiswa dari Tim Pengabdian Masyarakat FKUI menciptakan aplikasi bernama Healthpoint atau disingkat HP Kader. Dengan aplikasi ini, Kader Jumantik atau Juru Pemantau Jenik, mampu mengidentifikasi wilayah mana saja yang berisiko tinggi kasus DBD sehingga bisa melakukan upaya pencegahan.

Kader Jumantik sendiri merupakan relawan upaya pencegahan DBD dengan memberantas sarang nyamuk di wilayah RT masing-masing.

"Para kader dapat memasukkan data jumlah wadah yang diperiksa, jumlah wadah yang mengandung jentik nyamuk, dan menyertakan bukti foto wadah yang diperiksa dengan mengunggahnya ke dalam sistem aplikasi," kata dokter Levina Chandra Khoe dari Tim Pengmas FKUI dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat (29/11/2019).

Selama ini, proses pemantauan dilakukan secara manual dengan menggunakan kertas, sehingga tidak dapat segera terlihat area mana yang berisiko terhadap DBD.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Membantu Puskesmas

Tim Pengabdian Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ciptakan aplikasi pemantau DBD (Humas FKUI)

Levina melanjutkan, setiap lokasi yang didatangi oleh para kader akan terekam dalam koordinat global positioning system (GPS) sehingga petugas Puskesmas, bisa mengidentifikasi area yang memilki angka bebas jentik rendah dan menindaklanjutinya.

Dalam keterangannya, Levina mengatakan bahwa aplikasi ini bisa diunduh di ponsel berbasis android.

"Dengan adanya aplikasi ini, kader dapat lebih mudah memasukkan data dan menghasilkan laporan, sementara dari sisi petugas Puskesmas, aplikasi ini akan memudahkan pemetaan wilayah yang berisiko terhadap DBD," kata Levina.

Sosialisasi terkait penggunaan aplikasi tersebut telah dilakukan pada Senin, 25 November 2019 di Kantor Lurah Bungur, Jakarta Pusat dan dihadiri 30 kader Jumantik.

Penyakit DBD sendiri berpotensi meningkat kala memasuki musim hujan. Di DKI Jakarta tahun 2018, setidaknya terdapat hingga 3.000 kasus tercatat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya