TikTok Minta Maaf Blokir Remaja yang Bicara soal Muslim Uighur

TikTok meminta maaf usai memblokir seorang remaja AS, Feroza Aziz, setelah ia membagikan video yang menyoroti perlakukan Tiongkok terhadap muslim Uighur di kamp pengasingan Xinjiang.

oleh Andina Librianty diperbarui 30 Nov 2019, 16:00 WIB
Warga muslim Uighur melakukan aksi protes menentang tekanan pemerintah China (AP)

Liputan6.com, Jakarta - TikTok meminta maaf usai memblokir seorang remaja AS, Feroza Aziz, setelah membagikan video yang menyoroti perlakukan Tiongkok terhadap muslim Uighur di kamp pengasingan Xinjiang. Juru bicara TikTok mengatakan pemblokiran tersebut sebagai kesalahan moderasi manusia.

Aziz dalam video tersebut mulanya memberikan panduan untuk melentikkan bulu mata. Tak lama setelah video dimulai, ia langsung membicarakan soal muslim Uighur.

"Karena kesalahan moderasi manusia, video viral tersebut dihapus. Penting untuk mengklarifikasi tidak ada dalam pedoman komunitas kami yang menghalangi konten seperti video tersebut, dan video itu seharusnya tidak dihapus," ungkap pimpinan keamanan TikTok AS, Eric Han, seperti dikutip dari The Guardian, Sabut (30/11/2019).

Han mengungkapkan, TikTok sebelumnya juga memblokir akun lain milik Aziz setelah ia mengunggah video satir tentang Osama bin Laden. Terkait dengan pemblokiran baru ini, pihak TikTok sudah menghubungi Aziz, dan memulihkan kembali akunnya.

"Pendekatan moderat kami terhadap pelarangan perangkat terkait akun yang diblokir, dirancang untuk melindungi dari penyebaran perilaku jahat terkoordinasi, dan jelas ini bukan yang dimaksud di sini (kasus Aziz)," jelas Hans.

Aziz melalui Twitter mengungkapkan akunnya memang telah kembali dibuka. Namun, ia meragukan penjelasan TikTok.

"Apakah saya percaya mereka menghapusnya karena video satir tidak terkait yang sudah dihapus dari akun saya, yang sebelumnya sudah dihapus? Tepat setelah saya selesai mengunggah bagian ketiga video tentang Uighur? Tidak," tulis Aziz.

 


TikTok, Tiongkok dan Konten Aziz

Ilustrasi TikTok

TikTok merupakan salah satu aplikasi Tiongkok yang meraih popularitas di luar negaranya. Aplikasi berbagi video itu sebelumnya mengatakan, tidak menerapkan kebijakan penyensoran Tiongkok di versi internasional aplikasinya.

Tiktok dimiliki oleh perusahaan teknlogi yang berbasis di Beijing, ByteDance.

Video Aziz dan tudingan penyensoran muncul ketika pemimpin Tiongkok menghadapi kecaman internasional atas kebijakannya di Xinjiang. Tiongkok menyebut yang dilakukan di sana sebagai tindakan anti-terorisme.

Berdasarkan sejumlah bocoran informasi yang diyakini terpercaya, kamp di Xinjiang bertujuan memaksakan "pendidikan ideologis". Sebaliknya, pemerintah Tiongkok menyebut kamp tersebut hanya sebagai tempat pelatihan yang dihadiri orang-orang dengan sukarela.

Dalam konten yang diunggah Aziz, ia mengawalinya dengan memberikan tutorial melentikkan bulu mata.

Kemudian, di tengah video ia mengatakan, "Letakkan (penjepit bulu mata), dan gunakan ponsel yang kalian pakai sekarang untuk mencari tahu tentang yang sedang terjadi di Tiongkok.

Bagaimana mereka membuat kamp konsentrasi, menjebloskan para muslim di sana, memisahkan mereka dengan keluarganya, menculik mereka, membunuh mereka, memperkosa mereka, memaksa mereka makan babi, memaksa mereka minum (alkohol), memaksa mereka berganti keyakinan".

"Ini adalah holacaust model lain, tapi tidak ada yang membicarakannya. Sadarilah, dan tolong sebarkan kesadaran," sambung remaja berusia 17 tahun tersebut. Aziz menggunakan video tutorial makeup agar kontennya tidak disensor.

Jutaan muslim Uighur saat ini berada di kamp-kamp pengasingan di Xinjiang, Tiongkok. Ketika banyak yang mencoba membawa genosida etnis ini ke mata publik, sejumlah besar orang masih tidak menyadari kejadian yang sedang terjadi di Tiongkok tersebut. Aziz merupakan salah satu yang berusaha menyebarkan masalah tersebut.

(Din/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya