Tuntut Solusi Perubahan Iklim, Aktivis dan Anak-Anak Penuhi Seruan Greta Thunberg

Lantaran kebakaran hutan yang saat ini terjadi di Australia, membuat aktivis Sydney melakukan unjuk rasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2019, 19:35 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan di Australia selama musim kemarau, lazim dikenal sebagai fenomena Bushfire (Rob Griffith / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Sydney - Para demonstran di Kota Sydney yang sedang diliputi asap, kembali berunjuk rasa pada Jumat (29/11/2019). Mereka menuntut langkah-langkah yang lebih tegas untuk menghentikan pemanasan global.

Para aktivis dan anak-anak sekolah tampak berpawai di depan markas besar partai yang berkuasa di Australia. Demikian dikutip dari VOA Indonesia.

Ratusan orang berkumpul di kantor partai Liberal yang konservatif. Mereka memenuhi seruan pegiat perubahan iklim berusia 16 tahun, Greta Thunberg.

Demo itu dianggap makin penting di Australia karena kebakaran hutan yang melanda kawasan tenggara benua itu. Ratusan kebakaran itu sudah merusak hutan dalam beberapa minggu terakhir.

Para demonstran membawa poster-poster yang berbunyi "Kalian sedang membakar masa depan kami" dan menyerukan slogan-slogan "Kami akan bangkit!", ketika kota Sydney lagi lagi diselimuti asap beracun yang disebabkan kebakaran hutan.

Enam orang meninggal dan ratusan rumah terbakar. Kata para periset kebakaran bertambah gawat karena naiknya suhu udara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kebakaran Hutan Australia

Kebakaran hutan Australia pada 2016. (AFP)

Sebagian besar wilayah di sekitar pantai timur Australia, termasuk di sekitar Sydney, sedang menghadapi bencana kebakaran hutan paling parah saat ini.

Dilansir dari BBC, Rabu (13/11/2019), telah terjadi 85 peristiwa kebakaran di negara bagian New South Wales (NSW). Sedangkan, peristiwa bencana yang lebih besar diprediksi akan terjadi lagi.

Pihak berwenang turut memberi peringatan dan mengatakan bahwa kebakaran akan menyebar dengan cepat, yang kemungkinan akan membahayakan kehidupan makhluk hidup di tengah suhu panas dan angin kencang.

Wilayah tersebut dihuni oleh sekitar enam juta orang. Namun, bagi masyarakat yang berada di kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil dan anak-anak telah didesak untuk mengungsi dan menjauh dari wilayah hutan.

Sedangkan 600 sekolah telah ditutup di seluruh wilayah negara bagian tersebut.

Pihak pemerintah yang diwakili oleh Perdana Menteri Gladys Berejiklian telah mendeklarasikan keadaan darurat yang berlangsung selama tujuh hari. 

Baca Selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya