Mirip Indonesia, Kazakhstan Ogah Bergantung pada Sumber Daya Alam

Kazakhstan melepaskan diri dari bahaya ekonomi berdasarkan sumber daya alam.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Nov 2019, 09:00 WIB
Kota Astana, ibu kota Kazakhstan. (kazakhstan.org)

Liputan6.com, Jakarta - Kazakhstan menegaskan ogah bergantung pada sumber daya alam seperti minyak. Presiden baru Kazakhstan, yakni Kassym-Jomart Tokayev, berkata negaranya akan mulai fokus pada sektor non-minyak.

Presiden Tokayev akan meninggalkan mentalitas bahan mentah dan akan fokus pada diversifikasi ekonomi. Ini mengingat dunia sudah mulai mengejar produktivitas pekerja, pengembangan inovasi, dan Artificial Intelligence.

Pihak Kazakhstan pun mengakui tindakan mereka serupa seperti yang Presiden Joko Widodo lakukan. Pemerintah Indonesia saat ini fokus pada industrialisasi dan hilirisasi ketimbang ekspor sumber daya alam.

"Sama seperti apa yang presiden Anda berusaha lakukan," ujarnya. "Kita tidak ingin hanya bergantung ke sumber daya alam, sebanrnya itu tidak bagus, karena kamu bisa terdampak oleh harga pasar dunia," ucap Duta Besar Kazakhstan untuk Republik Indonesia Daniyar Sarekenov di Jakarta, Jumat (29/11/2019).

Ia berkata negaranya akan lebih mengandalkan industri seperti pengolahan, infrastruktur, jasa, dan turisme. Fokus Kazakhstan itu juga sama seperti Indonesia yang mengandalkan sektor-sektor tersebut.

Indonesia dan Kazakhstan memang sama-sama negara berkembang, sehingga tak heran jika ada kesamaan fokus dalam pengembangan ekonomi. Hal mirip lainnya adalah kemudahan berinvestasi.

Dubes Sarekenov turut mengungkap peringkat Kazakhstan dalam daftar Ease of Doing Business (EoDB) Bank Dunia, dan ternyata peringkatnya cukup tinggi, yaitu 25. Peringkat  Indonesia tercatat 73.

Meski demikian, Sarekenov menekankan pentingnya kolaborasi antar kedua negara ketimbang kompetisi. "Kita tidak berkompetisi, kita berusaha membangun kooperasi yang kuat di antara kedua negara," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hubungan Dagangan Indonesia-Kazakhstan

Duta Besar Kazakhstan untuk Republik Indonesia: Daniyar Sarekenov. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Total volume perdagangan Indonesia dengan Kazakhstan mencapai USD 264 juta dalam sembilan bulan pertama. Angka itu sudah melewati total volume tahun 2018 yakni USD 132,5 juta.

Untuk tahun ini, Dubes Sarekenov pun optimistis di akhir tahun angka perdagangan Indonesia-Kazakhstan bisa genap USD 300 juta.

Tahun depan, kedua negara juga berencana mengadakan 2nd Meeting of the Kazakh-Indonesian Joint Commission for Economic Cooperation.

Lebih lanjut, Sarakenov optimistis visa free-regime untuk warga Indonesia yang diterapkan pada 30 September lalu bisa menunjang kolaborasi bilateral dan masyarakat kedua negara.

"Indonesia adalah salah satu mitra kunci dan penting kami di Asia Tenggara," ucap Sarakenov yang berkata tahun sudah 26 tahun hubungan diplomatik kedua negara berlangsung.

"Selama tahun-tahun ini, kita telah membangun relasi kuat yang bersahabat berdasarkan pemahaman mutual dan kepercayaan," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya