Puluhan Ribu Warga Blora Terancam Mabuk Ciu

PDAM Tirta Amerta Blora, Jawa Tengah menghentikan pasokan air ke puluhan ribu pelanggan menyusul tercemarnya aliran Bengawan Solo. Salah satunya disebabkan oleh limbah produksi minuman keras tradisional, Ciu

oleh Ahmad Adirin diperbarui 30 Nov 2019, 14:00 WIB
PDAM menghentikan pasokan air ke belasan ribu pelanggan PDAM Blora akibat pencemaran. Salah satunya oleh limbah Ciu. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Amerta Blora, Jawa Tengah menghentikan pasokan air ke puluhan ribu pelanggan menyusul tercemarnya aliran Bengawan Solo.

Pencemaran itu salah satunya disebabkan oleh limbah produksi minuman keras tradisional, Ciu. Ibarat kata, ribuan pelanggan PDAM itu terancam mabuk ciu.

Direktur PDAM Tirta Amerta Blora, Yan Ria Pramono mengungkapkan, ada sekitar 12 ribu pelanggan pasokan air Bengawan Solo diberhentikan. Ribuan pelanggan itu tersebar di lima kecamatan kabupaten Blora.

“Meliputi Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, dan Blora," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (30/11/2019).

Dia belum bisa memastikan sampai kapan penghentian pasokan air itu dilakukan. Sebab, untuk penanganan pencemaran butuh waktu.

"Secara kasat mata, air Bengawan Solo tak layak. Warna dan baunya pun berubah," katanya, menjelaskan tercemarnya Sungai Bengawan Solo yang salah satunya disebabkan limbah ciu.

Simak video pilihan berikut ini:

 


Respons Ganjar Ikhwal Tercemarnya Bengawan Solo

Sungai Bengawan Solo tercemar limbah tekstil, ada dari alkohol ciu, batik, dan limbah ternak babi. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Jawa Tengah sebelumnya menyebut yang mencemari air sungai Bengawan Solo adalah limbah zat dari ciu, alkohol batik, hingga dari ternak babi.

"Sementara yang kita ketahui ada dari tekstil, ada dari alkohol ciu, ada dari batik, ada dari limbah ternak babi," kata Ganjar, baru-baru ini.

Ganjar mengklaim telah mengerahkan tim dan bekerja sama dengan pihak terkait lainnya untuk mengecek pencemaran sungai Bengawan Solo. Dia berharap, hal itu dilakukan agar data bisa menjadi semakin spesifik.

"Mudah-mudahan sekarang prosesnya bisa masuk ke apa, ke kesimpulan-kesimpulan, pencemarannya dari bahan apa," dia menjelaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya