Liputan6.com, Surabaya - Mahasiswa Departemen Informatika dan Sistem Informasi ITS, Surabaya berhasil menyabet juara pertama dengan merancang situs web yang menyuarakan tentang perubahan iklim di ajang Future Ready ASEAN Competition yang berlangsung di Bangkok, Thailand selama tiga hari, yang dimulai sejak Rabu, 27 November 2019.
Rizky Andre Wibisono dan Alifia Rizki Rahmarani, yang tergabung dalam Tim Terrennial menjadi delegasi dari Indonesia di ajang skala internasional tersebut. “Nama tim kami sesuai dengan nama situs web yang kami kembangkan,” ujar Rizky, ketua tim Terrennial, ITS Surabaya, Sabtu (30/11/2019).
Tahun ini, Future Ready ASEAN Competition diselenggarakan oleh ASEAN Foundation, sebuah organisasi di bawah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berfokus pada pengembangan masyarakat dan generasi muda, serta bekerja sama dengan sejumlah perusahaan dan organisasi besar seperti Microsoft, Grab, EMPIRE CODE, dan UNESCO.
Baca Juga
Advertisement
Dengan mengusung tema Create a Blog Site on Sustainability, Future Ready ASEAN Competition menetapkan empat subtema dalam agendanya yakni Agrikultur, Biodiversitas, Perubahan iklim, dan Air.
Dalam kesempatan ini, Tim Terrennial mengambil subtema Perubahan Iklim. “Kami mengambil tema perubahan iklim karena hal ini cukup meresahkan bagi kami,” ungkap mahasiswa angkatan 2017 tersebut.
Lewat subtema Perubahan Iklim, tim yang dibimbing oleh dosen Informatika ITS, Hadziq Fabroyir SKom PhD, ini ditantang untuk bisa mengembangkan sebuah situs web melalui metode baris kode dan bahasa pemrograman komputer untuk bisa menghasilkan tampilan web yang menarik (front-end web development).
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, situs web yang mereka buat pun diberi nama Terrennial dan menjadi inovasi yang diajukan dalam tahap semifinal.
Menurut Rizky, nama tersebut tidak serta-merta muncul tanpa adanya latar belakang khusus. Mereka sengaja memberi nama Terrennial karena situs web yang mereka buat berfokus pada manusia, khususnya bagi para generasi milenial untuk peduli kepada bumi.
Namun Rizky juga mengaku, pemberian nama itu hanyalah sebuah nama dan tidak ada filosofi yang lebih dalam. “Just name,” tegas mahasiswa ITS, Surabaya, Rizky lugas.
Tak hanya itu, Tim Terrennial juga mempersembahkan karya mereka yang lain yaitu sebuah gagasan atau ide yang bernama Be Happy and Healthy on the Wheels.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Sistem Rekognisi Wajah
Konsep tersebut, dikemukakan oleh Rizky, mengedepankan pengaplikasian sistem rekognisi wajah (facial recognition system) lewat perangkat lunak milik Microsoft bernama Microsoft Azure Face API pada kendaraan Grab Wheels.
Fungsi gagasan itu adalah untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketiga yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera.
Adapun cara kerjanya yaitu dengan mengasumsikan mekanisme kamera dan layar supaya Grab Wheels bisa mendeteksi suasana hati penggunanya dengan membaca ekspresi wajah mereka.
“Kalau pengguna terlihat suram, sistem dapat memberikan notifikasi untuk mengingatkan pengguna agar meregangkan otot wajah atau melakukan olahraga kepala ringan,” ujar relawan ITS International Office (IO) tersebut.
Lantas, bagaimana tahapan kompetisi yang mampu mengantar Tim Terrennial menjadi juara pertama tersebut? Pemuda yang berasal dari Jombang tersebut membeberkan beberapa mekanismenya.
Pertama, mereka harus menyelesaikan materi di laman futurereadyasean.org dan mengikuti pelatihan dari ASEAN Foundation. Berlanjut ke tahap menyelesaikan soal yang ada di laman web dengan kriteria penilaian berupa kesesuaian tema, tampilan situs web, penggunaan kode dan pemrograman, serta penginstruksian situs.
Tentu saja, keberhasilan mereka tidak luput dari adanya kerja keras dan usaha. Dari prestasi tersebut, Rizky berharap inovasi Terrennial membawa dampak baik bagi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
“Selain itu, kami harap kerja sama antara berbagai jurusan (departemen, red) di ITS mulai terbuka untuk menyelesaikan berbagai masalah, karena saya dan Alifia sendiri berasal dari jurusan yang berbeda,” kata asisten lab Mobile Innovation Studio tersebut.
Lebih lanjut, Rizky juga menyampaikan harapan agar persepsi masyarakat luas terhadap keterampilan pemrograman (coding) menjadi semakin terbuka sebab pemrograman juga mengajarkan bagaimana cara berpikir dan melakukan pemecahan masalah secara mendasar, khususnya bagi generasi milenial. “So, be future ready!” pungkas Rizky di akhir wawancara.
Advertisement