Liputan6.com, Jakarta - Setiap 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS sedunia (HAS). Pada 2019, peringatan HAS global mengambil tema Communities Make the Difference.
Mengutip Kanal Health.Liputan6.com, tema tersebut mengingatkan pentingnya peran komunitas, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menanggulangi AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) dengan pemberian layanan HIV (human immunodefiency virus), penegakan hak asasi manusia (HAM), dan pendampingan ODHA dalam pengobatan.
Kementerian Kesehatan menarik hal itu dalam tema pada 2019 dengan menjadi Bersama Masyarakat Meraih Sukses. Dengan tema ini, Kementerian Kesehatan dan para mitra mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses mencapai three zeros pada 2030.
Jadi tidak ada lagi infeksi baru HIV, tidak ada lagi kematian yang disebabkan karena HIV AIDS dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di Indonesia. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Program tersebut yaitu penyaluran PKH selalu tepat waktu. Keberhasilan data Keluarga Penerima Manfaat (KPM) graduasi, penyelenggaraan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) dan peningkatan kapasitas Family Development session (FDS), inovasi PKH, tepat pelaporan pusat dan daerah dan sukses dalam penyelesaian masalah, sehingga tidak sampai ke tingkat pusat.
Berdasarkan data Ditjen P2P, Kemenkes RI pada 27 Agustus 2019, kondisi jumlah penderia HIV/AIDS di Indonesia mencapai 500 ribu penderita. Rinciannya dari 466.859 penderita HIV dan 116.977 penderita AIDS. Jumlah ini naik dari 2005-2009. Adapun lima provinsi dengan jumlah suspect tertinggi antara lain DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua dan Jawa Tengah.
Pada peringatan Hari AIDS Sedunia ini diselenggarakan di Jawa barat, Pejabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Jawa Barat Daud Achmad menuturkan, untuk mencapai target bebas AIDS pada 2030 dinilai butuh kolaborasi seluruh pemerintah daerah, pemangku kepentingan dan jejaring yang terintegrasi untuk melahirkan inovasi program yang baik.
Baca Juga
Advertisement
Terkait peran pemerintah daerah untuk menanggulangi kasus HIV AIDS, Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Febria Rachmanita menuturkan, sejak 2013, pihaknya telah berupaya untuk mencegah dan mengendalikan HIV AIDS di Surabaya. Menurut data Dinas Kesehatan Surabaya, pada 2018, kasus HIV ada 777 penderita, AIDS sebanyak 319 penderita sehingga total 1.096 orang. Jumlah itu turun pada 2019, dengan penemuan kasus HIV sebanyak 520, AIDS 186, dan total 706 orang.
"Dan jumlah itu sebagian warga luar Surabaya,” ujar Febria saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Minggu (1/12/2019).
Febria menuturkan, pihaknya telah menangani kasus HIV AIDS dalam hal kuratif antara lain pengobatan ARV gratis di 10 puskesmas dan sembilan rumah sakit, memberikan makanan tambahan kepada ODHA dengan rincian untuk orang dewasa 125 ODHA dan anak sebanyak 32 ODHA.
Selain itu, ada pemeriksaan laboratorium HIV gratis antara lain pemeriksaan HIV di seluruh 63 puskesmas, pemeriksaan CD4 dengan pembiayaan oleh APBD di rumah sakit umum daerah Dr Soewandhi dan laboratorium kesehatan daerah Surabaya, pemeriksaan viralload dengan pembiayaan APBD.
Pemkot Surabaya melalui Dinas Kesehatan juga membentuk petugas manager kasus untuk mendampingi ODHA di layanan kesehatan. Tercatat jumlah manager kasus sebanyak 9 orang.
"Selain itu membentuk kader HIV di tiap kelurahan untuk mendampingi ODHA dalam masalah sosial di masyarakat termasuk menghadapi kemungkinan ada stigma dan diskriminasi,” ujar dia.
Febria menambahkan, penderita HIV AIDS bila minum obat rutin dan teratur, serta perilaku hidup bersih dan sehat berpeluang bertahan.
Untuk mencegah dan mengendalikan kasus HIV AIDS, sejumlah langkah sosialisasi dan pencegahan dilakukan Dinas Kesehatan Surabaya. Dari sisi promotif dengan penyuluhan tentang HIV AIDS kepada siswa SMP, SMA, masyarakat umum, tokoh agama dan masyarakat. Selain itu juga bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah dan LSM Peduli AIDS.
Untuk langkah pencegahan dengan membentuk petugas penjangkau dengan mengedukasi dan skrinining HIV pada kelompok berisiko. Adapun jumlah petugas penjangkau mencapai 14 orang. Ditambah melayani PITC HIV di seluruh 63 puskesmas, pemeriksaan HIV di seluruh 63 puskesmas,pemeriksaan HIV secara mobile/bergerak, memperluas layanan testing HIV di fasilitas layanan kesehatan. Tercatat ada 95 tempat untuk layanan testing HIV pada 2018.
Selanjutnya membentuk komisi penanggulangan AIDS (KPA) di 31 kecamatan, membentuk warga peduli AIDS (WPA) di 114 kelurahan, dan memperkuat jaringan dengan fasilitas layanan kesehatan, organisasi profesi dan LSM untuk mengoptimalkan skrining HIV pada seluruh ibu hamil, calon pengawas pasien TBC, pasien IMS dan hepatitis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sejarah Hari AIDS Sedunia
Terkait peringatan Hari AIDS sedunia ini, ada sejumlah alasan setiap 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Peringatan Hari AIDS sedunia ini pertama kali dicetuskan oleh James W.Bunn dan Thomas Netter pada Agustus 1987. Dua orang itu merupakan pejabat informasi masyarakat untuk program AIDS global di organisasi kesehatan sedunia di Geneva, Swiss.
Ide Hari AIDS sedunia tersebut disampaikan oleh Bunn dan Netter kepada Direktur Program AIDS Global, Dr Jonathan Mann. Mann pun setuju dengan konsep Hari AIDS Sedunia yang diusung oleh Bunn dan Netter. Mereka sepakat menyelenggarakan peringatan pertama Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 1988.
Tanggal 1 Desember saat itu dipilih agar peringatan Hari AIDS Sedunia tersebut diliput media Eropa dan Amerika Serikat sehingga peringatan tersebut menjadi optimal.
Advertisement