Liputan6.com, Jayapura - Misa ke-2 di Gereja Gembala Baik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua tak seperti misa hari minggu biasanya. Tiba-tiba 4 orang dengan bertelanjang dada dan menggunakan koteka memasuki gereja.
Ke-4 orang ini pun duduk pada sisi bagian tengah tempat duduk dengan menempati bangku agak belakang pada ruangan misa.
Kedatangan 4 orang dengan menggunakan koteka, awalnya hanya membuat jemaat di dalam gereja melirik ataupun melihat sekilas kearah mereka. Maklum saja, sangat jarang umat di gereja hanya menggunakan koteka atau baju adat lainnya pada misa pada umumya, selain ada sebuah perayaan di gereja
Keresahan dan kasak kusuk umat dalam gereja mulai terlihat lagi, saat ke-4 orang ini mengeluarkan bendera Bintang Kejora dan sengaja menaruhnya pada bagian belakang tubuhnya.
Baca Juga
Advertisement
Apalagi, tak berselang lama, aparat keamanan dari Polsek Abepura mulai bersliweran, berdatangan ke gereja yang letaknya hanya dibatasi tembok saja dari kantor Polsek Abepura.
Selama ini Bendera Bintang Kejoda dianggap sebagai simbol perjuangan kemerdekaan Papua. Kehadiran bendera Bintang Kejora yang dibawa oleh 4 orang yang diduga sebagai mahasiswa ini pun akhirnya membuat ibadah minggu pagi di gereja itu tak lagi khusyuk seperti biasanya.
Pastor James Kosay, pastor Gereja Gembala Baik sempat memprotes tindakan aparat keamanan yang mengamankan 4 orang dalam gereja lantaran Misa masih berlangsung. Ia menyebutkan, harusnya aparat keamanan mengamankan ke-4 orang ini di luar gedung gereja.
"Misa masih berlangsung, tapi aparat keamanan ini keluar masuk dalam ruangan gereja, lalu mereka juga menutup pintu dan aksi aparat ini membuat resah umat yang sedang ibadah," jelasnya, Minggu (1/12/2019).
Pastor James yang memimpin misa ini pun sudah melihat aksi 4 orang di dalam gereja sejak awal. Ia menyebutkan ke-4 orang ini pasti telah mengetahui konsekuensinya saat ibadah dan membawa atribut bendera Bintang Kejora.
"Seperti arti katolik pada umumnya, kami terbuka kepada siapa saja yang mau beribadah. Siapa saja yang mau datang beribadah, silahkan saja. Tapi perbuatan ke-4 orang adalah pribadi masing-masing dan tak ada kaitan dengan gereja katolik. Saya minta semua pihak tak mengaitkan kejadian ini dengan gereja kami, jangan juga membuat narasi gereja katolik mendukung aksi tersebut," katanya.
Kamtibmas Papua Kondusif
Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw menyebutkan 1 Desember biasa menjadi agenda kamtibmas di Papua. 1 Desember biasa diperingati sebagai HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM), organisasi yang biasa meneriakan kemerdekaan Papua.
Paulus tak menutup mata soal banyaknya kejadian jelang 1 Desember, walaupun 1.300 personil aparat keamanan bersiaga hingga pedalaman Bumi Cenderawasih.
Tak hanya aparat keamanan yang bersiaga, jelang HUT OPM, ramai-ramai sejumlah menteri dan Panglima TNI serta Kapolri mengelilingi Papua, khususnya daerah yang dianggap rawan akan gangguan keamanan, misalnya Panglima TNI dan Kapolri mengunjungi Timika, Wamena dan Jayapura dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan.
Kegiatan Panglima TNI dan Kapolri dimulai dari bertemu prajurit di perbatasan Papua Nugini di Skow, Kota Jayapura. Lalu di Timika, melihat latihan 200-an penerjunan di Timika, lalu menghadiri kebaktian kebangunan rohani (KKR) di Wamena, sebagai ajang pemulihan Wamena.
Kemudian, ada juga kunjungan Menkopolhukam, Mahfud MD ke Jayapura bertemu sejumlah tokoh Papua dan juga pemuda Papua.
Sementara kunjungan Mendagri Tito Karnavian untuk melihat kesiapan PON XX di Papua. Ia melihat kesiapan vanue PON di Timika dan Sentani, Kabupaten Jayapura.
Kapolda Papua berterima kasih kepada para menteri dan Panglima TNI serta Kapolri yang telah mengunjungi Papua. Ia pun mengaku kungjungan ini sebagai bentuk dukungan moral kepada rakyat Papua.
Paulus menyebutkan sejumlah aksi jelang 1 Desember terjadi di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Dogoyai.
Kejadian di sebuah gereja di Abepura, menurut Paulus ke-4 orang yang membawa bendera Bintang Kejora sedang dalam pemeriksaan penyidik di Polresta Kota Jayapura.
"Kejadian di gereja itu kan, 4 orang ini supaya kelihatan cantik, menghias wajahnya dan mereka memakai lambang-lambang Komite Nasional papua Barat (KNPB) dan itu tidak boleh. Dengan santun anggota kami meminta ke- 4 orang ini keluar dari gereja dan dibawa ke Polsek Abepura. Saat ini sedang pendalaman kapolres," jelasnya.
Paulus menambahkan, termasuk penangkapan 34 orang dengan menggunakan pakaian serba loreng dan membawa senjata tajam di Sentani, Kabupaten Jayapura, saat ini sedang pemeriksaan di Polres Jayapura.
"Pada prinsipnya, semua sama, 1 x 24 jam, akan kami mintai keterangan," ujarnya.
Paulus menyebutkan aksi lainnya juga tejadi di Dogiyai, ada sekelompok masyarakat yang diduga dipimpin oleh KNPB, organisasi yang biasa berjuang untuk kemerdekaan Papua, mengajukan ijin untuk melakukan ibadah di lapangan Dogiyai.
"Karena infonya mendadak, kapolres tidak bisa dikeluarkan ijin. Walau begitu kami tetap melakukan pengamanan. Benarsaja, kelompok ini tetap melakukan ibadah dan membubarkan diri. Walaupun ada orasi, namun masih dalam konteks ibadah," katanya.
Termasuk adanya dugaan penembakan di mile 60 RPU 47, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, menurutnya bukan penembakan, hanya lemparan batu krikil.
"Saat informasi kami terima, anggota langsung ke lokasi kejadian dan tak ada yang terkena dampaknya. Kami perkirakan ada lemparan batu kerikil dari kecepatan mobil yang sedang melintas, karena pada saat kami cek langsung tidak ada apa-apa," jelasnya.
Advertisement