Kirab Seribu Ingkung, Wujud Syukur Petani Jepara Panen Padi Tiga Kali Setahun

Ingkung sendiri merupakan olahan ayam yang dimasak secara utuh dan disajikan dengan nasi serta sayur di atas tampah atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Des 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi – Petani di Cingebul, Lumbir, Banyumas sedang panen padi. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jepara - Seribuan warga di Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menggelar kirab seribu ingkung sebagai wujud rasa syukur atas hasil pertanian yang dicapai oleh petani setempat karena bisa panen padi tiga kali selama beberapa tahun terakhir, Minggu (1/12/2019).

Kirab seribu ingkung yang merupakan agenda tahunan masyarakat Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan tersebut, tidak hanya diikuti petani melainkan masyarakat yang tidak ikut menggarap sawah juga ikut serta memeriahkan kegiatan tersebut.

Selain mengarak seribu ingkung dari rumah kepala Desa Kendengsidialit, peserta kirab juga membawa sembilan orang-orangan sawah yang terbuat dari jerami, pasukan keprajuritan, kepala desa, dan perangkat.

Ingkung sendiri merupakan olahan ayam yang dimasak secara utuh dan disajikan dengan nasi serta sayur di atas tampah atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu, dilansir Antara.

Kepala Desa Kendengsidialit Kahono Wibowo mengungkapkan, bahwa kegiatan kirab seribu ingkung ini merupakan wujud rasa syukur para petani atas hasil pertanian yang diperoleh selama setahun.

Selama ini, petani di Desa Kendengsidialit dapat panen padi tiga kali dalam satu tahun, meskipun pada saat musim kemarau melanda tetap bisa panen padi, setelah sebelumnya hanya bisa panen sekali meskipun bisa tanam tiga kali.

"Harapannya, pada tahun mendatang hasil pertanian akan semakin meningkat hasilnya," ujarnya.

Adapun luas lahan pertanian di Desa Kendengsidialit mencapai 127 hektare, sehingga masing-masing petani yang memiliki lahan garapan minimal .

Kirab seribu ingkung merupakan satu dari rangkaian Gelar Budaya Desa Kendengsidialit.

"Gelar Budaya ini berlangsung dua pekan. Acara besar diantaranya, kirab seribu ingkung, panggung rakyat, kirab gunungan, dan pentas wayang kulit lima dalang lima panggung dalam satu cerita," jelasnya.

Tujuannya, kata dia, dalam rangka menjalin kerukunan antar warga dan mengangkat potensi desa setempat. Pada kesempatan tersebut, dia mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun desa setempat menjadi lebih baik.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya