Melestarikan Budaya dan Ungkapan Syukur Lewat Upacara Adat Merti Bumi

Dalam pagelaran merti bumi tersebut, seluruh bergodo melakukan kirab yang dimulai dari halaman Westlake Resto sampai ke wilayah Dusun Salakan.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Des 2019, 00:00 WIB
Warga Tengger mendaki Gunung Bromo membawa persembahan hasil bumi selama Festival Yadnya Kasada di Probolinggo, Jawa Timur (10/7). Warga Tengger melakukan ritual lempar hasil bumi sebagai wujud syukur pada Sang Hyang Widi. (AFP Photo/Juni Kriswanto)

Liputan6.com, Sleman - Masyarakat Padukuhan Salakan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar upacara adat Merti Bumi dalam rangka melestarikan budaya dan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi, Minggu (1/12/2019).

Rangkaian upacara adat Merti Bumi tersebut dibuka secara simbolis oleh Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun di halaman Westlake Resto.

Kepala Desa Trihanggo, Herman Budi Pramono mengatakan, kegiatan yang rutin dilaksanakan ini diikuti oleh sejumlah bergodo baik dari wilayah Desa Trihanggo Kecamatan Gamping, maupun dari luar wilayah Desa Trihanggo.

"Merti Bumi Padukuhan Salakan ini diikuti oleh bergodo-bergodo dari seluruh wilayah Desa Trihanggo maupun dari luar Desa Trihanggo bahkan, diikuti bergodo wakil DIY," katanya.

Menurut dia, dalam pagelaran merti bumi tersebut, seluruh bergodo melakukan kirab yang dimulai dari halaman Westlake Resto sampai ke wilayah Dusun Salakan.

Dalam kegiatan merti bumi ini juga tampak sejumlah gunungan yang terdiri dari berbagai hasil bumi.

Seluruh prosesi dalam merti bumi Padukuhan Salakan memang menampilkan budaya yang melekat pada masyarakat.

"Memang budaya merupakan salah satu media yang efektif untuk memasukkan tata nilai, sehingga kami memilih melestarikan budaya yang ada pada masyarakat untuk memasukkan pesan moral bahkan, program pemerintah sekalipun," katanya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatin mengatakan, penyelenggaraan merti bumi dan kirab budaya di Padukuhan Salakan bukan kali pertamanya diselenggarakan dan konsisten dalam melestarikan budaya.

"Merti bumi dan kirab budaya Padukuhan Salakan ini merupakan sebuah wujud atau ungkapan rasa syukur masyarakat atas rezeki yang didapat dan dirasakan oleh masyarakat Padukuhan Salakan dan sekitarnya," katanya.

Sri Muslimatun berharap dengan penyelenggaraan kegiatan tersebut dapat lebih mendekatkan hubungan antarmasyarakat, dan masyarakat dengan pemerintah yang selaras dengan nilai luhur "memahu hayuning bawono".

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya