Liputan6.com, Kolaka Timur - Tim pemadam kebakaran di wilayah Kolaka Timur belum bisa bernapas lega selama 2 bulan. Kebakaran lahan gambut dan perkebunan di sejumlah desa, sudah mencapai 1000 hektare lebih sejak Oktober 2019.
Pemadaman yang digelar Minggu (1/12/2019), tim Manggala Agni Daops Tinanggea, dibantu pihak TNI dan Pemda, menghadapi terjangan angin puting beliung. Kali ini tak biasa, angin yang muncul sekitar pukul 14.00 Wita itu, membawa serta bara api saat berpusar ditengah lahan terbakar.
Bukan saja bara api, tetapi angin turut menyeret sejumlah material debu tanah terbakar. Warnanya yang hitam kecokelatan, membuat nyali tim pemadam yang berada di lokasi sempat ciut.
Baca Juga
Advertisement
Khawatir tersambar, tim pemadam kebakaran lahan gambut dari TNI, BPBD, dan perusahaan perkebunan sawit, langsung angkat kaki meninggalkan lokasi. Pasalnya, diameter angin bisa mencapai 10 sampai 15 meter.
Kepala Kantor Manggala Agni Daops Tinangggea, Yanuar Fanca Kusuma mengatakan, angin datang disertai suara bergemuruh. Anggotanya menyingkir, meninggalkan tempat kebakaran.
"Kejadian ini sudah kali kedua. Beberapa waktu lalu, pernah terjadi tapi tak terlalu besar ukurannya," ujar Yanuar Fanca, Minggu (1/12/2019).
Pihak BMKG Kendari menyatakan, kondisi angin puting beliung ini terjadi karena gejala badai elnino yang rendah. Ditambah adanya api dan suhu panas di daratan, muncullah puting beliung di wilayah itu.
Dalam rekaman video jarak jauh berdurasi sekitar 1 menit, angin puting beliung berputar-putar di tengah kebakaran lahan gambut Kolaka Timur. Saat direkam dari jarak dekat, angin dengan tinggi sekitar 30 meter itu terlihat ikut menyapu rerumputan yang sedang dilalap api.
Puluhan Remaja Kena ISPA
Asap lahan terbakar mulai menimbulkan masalah sejak 2 pekan lalu. Hingga Minggu (1/12/2019), sudah tercatat ada 85 orang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Sebanyak 47 orang warga Desa Lalolae, 11 orang dari Tinondo. Sisanya, 27 orang berasal dari Kecamatan Mowewe yang rata-rata sempat dirawat di puskesmas terdekat.
Korban kebanyakan berasal dari kalangan remaja. Sisanya, balita dan para lansia. Diduga, remaja yang terkena ISPA karena lebih banyak beraktivitas di luar rumah sejak pagi.
"Kita berusaha berikan obat dan masker. Namun, sejauh ini belum ada korban jiwa," ujar Amar Jefri, pihak Puskesmas Tinondo.
Asap yang mencekik leher biasanya mulai terasa sejak pukul 20.00 Wita malam hingga subuh. Saat warga terbangun, kabut selalu dirasakan warga hingga pukul 09.00 Wita.
"Asap hilang, setelah agak tinggi matahari dan angin mulai bertiup," ujar Hasan, salah seorang warga Tinondo.
Advertisement
Kerja Keras 2 Bulan
Pemadaman lahan terbakar terus berlangsung di wilayah Kolaka Timur. Sejak terbakar akhir September, tim Manggala Agni dan TNI dibantu Pemda dan polisi, sempat berhasil memadamkan api.
"Kami sempat berhasil 100 persen memadamkan api pada November lalu," ujar Yanuar Fanca Kusuma.
Namun, api terus muncul karena kondisi alam dan manusia. Padahal, untuk faktor manusia sebenarnya tak perlu terjadi.
"Saat kami memadamkan api, masih ada saja warga yang membakar disisi lain. Malah, sampai beberapa titik," ujarnya.
Dia menambahkan, cuaca kering saat ini bisa makin memperparah api di lapangan. Angin kecepatannya sukar diprediksi dan cepat berubah, juga menjadi masalah utama.
Sumber air yang jauh, bukan lagi menjadi masalah. Saat ini, tim pemadam sudah memiliki sejumlah tandon dan persediaan air yang disediakan oleh beberapa pihak.
Saksikan juga video pilihan berikut berikut ini: