Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan menggelar rapat dengan Governor Japan Bank of International Cooperation (JBIC) Tadashi Maeda untuk membahas kerjasama dalam pembiayaan infrastruktur. Hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Tohir dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar.
Sri Mulyani mengatakan, banyak kemungkinan kerja sama yang bakal terjalin antara Indonesia dengan JBIC. Alasannya, sebagai investor bank asal negeri tirai bambu itu memiliki banyak ide dan fleksibel. Mereka juga tertarik dengan inisiatif Indonesia dalam berbagai pembiayaan (funding) yang bisa melakukan investasi.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka melihat bahwa Indonesia sekarang dalam proses pembuatan infrastructure fund sehingga mereka menawarkan berbagai kolaborasi yang telah mereka lakukan dengan berbagai negara. Dengan membentuk funding seperti itu dan mereka tertarik berpartisipasi di dalam bentuk kepemilikan atau equity financing," kata Sri Mulyani usai rapat di Kantor Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta, Senin (2/12/2019).
Menurutnya, model investasi ini sangat baik lantaran tidak akan menambah utang negara. Tetapi dia investor tetap bisa melakukan penanaman modal.
JBIC juga mendukung ide pemikiran Indonesia untuk melakukan hilirisasi proyek pertambangan di Indonesia. Terutama nikel yang memang memiliki potensi untuk jadi produsen baterai elektrik di Indonesia. Konsep ini pun sudah berjalan di Filipina dan Jepang.
Tak hanya itu, JBIC juga tertarik investasi di sektor perumahan dan urban development planning, termasuk di proyek MRT. Sehingga nanti bisa dikombinasikan dengan program pembangunan di bidang perumahan dengan pembangunan agreeding dari kota-kota di Indonesia.
"Terutama yang ada di daerah sekitar mass rapid transit (MRT)," imbuhnya.
Puluhan Miliar Dolar AS
Luhut mengatakan, besaran investasi JBIC di Indonesia bakal menyentuh puluhan miliar dolar AS. Meski demikian, dia belum bisa menyebutkan angka pasti, karena dia ingin investor yang menentukan.
"Saya belum bisa ngomong, biar mereka bilang besok. Kalau sudah di SWF, kalau bisa USD 10-20 miliar bisa dikali tiga," kata Luhut.
Reporter : Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement