Liputan6.com, Jakarta Program mekanisasi pertanian menjadi salah satu upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani untuk lebih modern dalam berusaha tani. Untuk itu bantuan alat mesin pertanian (alsintan) pun digelontorkan ke petani.
Guna memaksimalkan pemanfaatan bantuan alsintan tersebut, Kementan mendorong petani membentuk korporasi berbasis mekanisasi. Setidaknya ada lima kabupaten yang menjadi uji coba Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM).
Advertisement
Ketua Tim Kerjasama Kementerian Pertanian dan Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (Perteta), Suprapti mengakui, kelemahan dalam pemberian bantuan alsintan kepada petani adalah penggunaannya belum maksimal. Karena itu, petani perlu diberikan pendampingan dan pengawasan dalam pemanfaatan.
“Hasil audit BPK dan Itjen Kementan tingkat pemanfaatan alsintan bantuan pemerintah memang belum optimal,” kata Suprapti, Minggu (1/12).
Untuk menjawab hal itu, lanjut Suprapti, sejak tahun 2018 lalu, Kementan bersama Perteta membuat program percontohan PKBM. Bentuk percontohan salah satunya adalah membangun warehouse (gudang) alsintan.
“Perteta membantu membuat desain warehouse dan pegawalannya selama tiga tahun,” ujarnya.
Anggaran pembangunan warehouse tersebut sudah dialokasikan dalam APBN TA 2019 Kementerian Pertanian. Ada lima kabupaten yang menjadi lokasi percontohan yakni Tuban (Jawa Timur), Sukoharjo (Jawa Tengah), Ogan Komiring Ilir/OKI (Sumatera Selatan), Konawe Selatan (Sulawesi Selatan) dan Barito Kuala/Batola (Kalimantan Selatan).
Warehouse tersebut berfungsi untuk menyimpan dan pemeliharaan alsintan. Di dalamnya juga terdapat bengkel dan peralatan untuk perbaikan alsintan, sarana pengisian bahan bakar minyak (BBM), tempat pencucian alsintan, juga ada kios pupuk dan benih.
Warehouse tersebut nantinya dikelola Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Di Tuban, PKBM akan dikelola UPJA Tani Karya Mandiri yang berlokasi di Kecamatan Rengel. Di Sukoharjo dikelola UPJA Bagyo Mulyo yang berada di Desa Dalangan. Sementara di OKI dikelola KUB Lempuing Jaya Berkarya di Kecamatan Lempuing Jaya. Di Batola oleh UPJA Selidah di Kecamatan Jejangkit, dan di Konawe Selatan dikelola UPJA Mendidoha.
Pengurus UPJA tersebut nantinya yang mengelola alsintan, terutama pemeliharaan. Jika petani mau meminjam alsintan, pengurus UPJA harus memastikan alsintan siap untuk dipakai.
“Bahkan alsintan tersebut sudah bersih dan terisi penuh BBM, karena di warehouse tersedia fasilitas pencucian alsintan dan pengisian BBM,” tuturnya.
Suprapti berharap, ke depan layanan di warehouse PKBM sudah melalui teknologi informasi, termasuk penggunaan aplikasi UPJA Smart Mobile yang telah dibuat Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan).
“Kita sudah melatih operatornya. Kita rekrut generasi muda yang menjadi pengelola warehouse tersebut, karena mereka akan lebih mudah mengerti,” tegasnya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menambahkan, program PKBM untuk mengurangi penyusutan jumlah tenaga kerja petani lantaran petani muda enggan turun ke sawah. Terlebih lagi, upah buruh tani yang masih rendah.
“Oleh karena itu, keberadaan Alsintan yang modern bakal mampu menarik petani muda. Tak hanya menarik minat saja, Alsintan yang modern juga mampu menekan biaya produksi,” ujarnya.
Sarwo Edhy menjelaskan, hingga saat ini sudah lebih dari 400 ribu unit alsintan yang didistribusikan pemerintah. Jumlah ini bahkan meningkat 500 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
“Bantuan alsintan ini terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Modernisasi dilakukan sebagai persiapan menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0,” kata Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, mekanisasi alsintan juga sudah menuju digitalisasi. Salah satu contohnya ialah traktor roda empat yang dapat dikendalikan dengan remote control dan drone penebar pupuk.
“Di Jawa, sudah banyak petani yang mengoperasikan alsintan dengan remote control. Tidak harus turun ke sawah, millenial cukup gunakan gawai,” ungkap Sarwo Edhy.
(*)