Liputan6.com, Jakarta Berhenti merokok menjadi solusi efektif mengurangi peradangan pada paru-paru. Upaya ini juga mencegah terjadinya peradangan kronis, yang berujung pada timbulnya Chronic obstuctive pulmonary disease (COPD)--penyakit paru-paru menyebabkan penderitanya sulit bernapas
Advertisement
"Peradangan kronis bisa terjadi COPD. Ketika merokok, senyawa yang dihirup dan paparan asap akan masuk ke paru-paru. Inflamasi pun lebih banyak menyerang paru-paru," jelas dokter spesialis penyakit dalam Kadek Dian Lestari saat ditemui di Tjikini Restaurant, Cikini, Jakarta, kemarin (2/12/109).
"Saat terjadi inflamasi, kolonisasi kuman terjadi. Kolonisasi kuman ini dari yang ringan sampai berat, yang kian lama bertambah banyak."
Bukan hanya bayang-bayang COPD yang mengintai, perokok bisa mudah terkena tuberkulosis (TBC) dan pneumonia (infeksi yang menyerang paru, sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak).
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Tanda-tanda Peradangan Paru
Tanda-tanda peradangan paru di antaranya sesak napas, sulit bernapas, batuk berdahak, dan demam. Efek kejadian ini sering dialami perokok.
"Saya biasa bertemu pasien perokok juga. Angka kejadian mengalami peradangan paru termasuk sering. Bahkan mereka (yang perokok) juga punya riwayat TBC," Kadek menambahkan.
Di sisi lain, Kadek memahami, berhenti merokok memang sulit, terlebih lagi pada perokok yang berat.
"Anda bisa mengurangi pelan-pelan jumlah dosis rokok. Cara lain, ya bisa switch (berganti) ke produk alternatif tembakau, yang diklaim aman. Tapi karena di Indonesia belum ada riset soal rokok elektrik, saya tidak berani bilang itu aman," lanjut Kadek.
"Lebih amannya ya berhenti merokok mulai sekarang."
Advertisement