Liputan6.com, Jakarta - Sebuah ledakan terjadi di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019) pagi. Ledakan tersebut melukai dua anggota TNI yang tengah olahraga di kawasan Monas, yakni Serka Fajar dan Praka Gunawan.
Sumber ledakan sempat diduga berasal dari telepon seluler (ponsel). Namun setelah dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan penyelidikan, ledakan tersebut dinyatakan berasal dari granat asap.
Advertisement
Insiden yang melukai dua prajurit TNI itu pun menjadi sorotan. Apalagi lokasi kejadian merupakan kawasan ring 1, tak jauh dari Istana Kepresidenan dan pusat pemerintahan.
Pengamat intelijen dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Beni Sukadis mengatakan, granat identik dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digunakan aparat keamanan dan militer. Keberadaan granat di tempat publik hingga memakan korban merupakan suatu kecerobohan.
"Saya pikir yang punya kan pasti aparat, enggak mungkin sipil. Artinya kan ada hal yang kurang cermat terkait pengamanan di lingkaran ring 1. Siapa pun yang taruh menurut saya ini menjadi potensi ancaman di ring 1," ujar Beni kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa.
Dalam kasus ini, Beni tidak melihat ledakan tersebut merupakan aksi terorisme. Sebab, menurut dia, granat merupakan senjata militer yang tidak bisa sembarangan digunakan. Hanya tentara dan satuan khusus di kepolisian seperti Brimob dan Densus 88 Antiteror.
"Saya melihat tidak begitu (ancaman terorisme). Ini kita bicara kecerobohan. Karena yang kita tahu sejauh ini kelompok teroris kan orang-orang sipil. Apakah sipil bisa akses granat milik aparat keamanan? Ini saya agak ragu. Kecuali kalau memang ada kebocoran," tuturnya.
Ditambah lagi kawasan Monas sering ditempati aparat keamanan terutama saat ada kegiatan besar di sekitar Ring 1. Tidak menutup kemungkinan granat tersebut milik aparat yang tertinggal usai mengamankan kegiatan. Dia pun meminta kasus tersebut diusut tuntas.
"Bisa jadi ada kecerobohan aparat kemarin jaga di sana, atau mungkin lagi ramai ketinggalan. Cuma sangat ceroboh lah kalau memang ketinggalan, atau memang kesengajaan," kata Beni.
Lebih lanjut, Direktur eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi) itu menyangsikan ledakan yang terjadi di Monas berasal dari granat asap. Hal itu dilihat dari kondisi luka parah yang dialami Serka Fajar.
"Setahu saya memang tidak berdaya ledak. Kalau sampai melukai, saya lihat kok parah, jadi saya ragu apakah ini granat asap," ucap Beni.
Menurut dia, granat asap tidak mengandung bahan peledak mematikan. Granat tersebut berfungsi untuk pengalihan pergerakan, sebagai tanda untuk pendaratan pesawat, dan penanda zona sasaran.
Pengamat intelijen Wawan Purwanto menilai, ledakan yang terjadi di kawasan Monas dan melukai dua prajurit merupakan kecelakaan. Dia menyebut, granat asap merupakan salah satu alutsista yang hanya digunakan oleh aparat keamanan.
"Itu bukan aksi teror. Itu murni kecelakaan," ujar Wawan kepada Liputan6.com, Selasa.
Namun Wawan enggan berspekulasi bagaimana granat bisa ditemukan di kawasan Monas. Dia menunggu proses investigasi yang dilakukan oleh aparat gabungan dari Polri dan TNI.
Dihubungi terpisah, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer Jayakarta (Kapendam Jaya) Kolonel Zulhandrie S Mara menjelaskan, semua granat pada dasarnya berbahaya. Meski tidak mematikan, granat asap juga bisa didahului dengan ledakan.
"Pada intinya semua granat berbahaya, kalau tidak mengerti menggunakan dan kegunaannya," kata Zul kepada Liputan6.com, Selasa.
Perwira menengah TNI itu pun mengimbau kepada masyarakat yang menemukan granat atau benda mencurigakan menyerupai peledak agar segera melaporkan kepada aparat kepolisian. Sehingga tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
"Kepada masyarakat, jika menemukan barang-barang yang dicurigai atau tidak mengerti asal-usulnya, laporkan ke pihak yang berwajib untuk diamankan," ucap Zul.
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono mengaku belum bisa menyimpulkan apakah insiden tersebut murni kecelakaan atau ada keterlibatan terorisme. Meski begitu, dia menyatakan bahwa ledakan bersumber dari granat asap.
"Kami nanti akan melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap peristiwa ini, khususnya kenapa ada barang tersebut (granat asap di Monas)," ujar Gatot saat konferensi pers di Monas, Jakarta, Selasa.
Kepolisian tengah mengumpulkan bukti dan membawa material serpihan diduga granat asap untuk diuji di laboratorium forensik. Polisi juga tengah mengumpulkan informasi dan keterangan dari saksi-saksi, termasuk korban.
"Granat asap itu kan bisa dimiliki oleh anggota kita, seperti pasukan dalmas (pengendali masyarakat) dan lain-lain. Mungkin bisa tertinggal atau lainnya. Kita belum tahu ini asalnya dari mana, kita akan dalami nanti setelah ini," kata Gatot.
Ledakan yang terjadi tak jauh dari Istana Merdeka itu dipastikan tidak mengganggu aktivitas Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan jajarannya. Bahkan pengamanan presiden dinilai tidak perlu ditingkatkan.
Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Mayjen Maruli Simanjuntak menyatakan, pihaknya tak akan menambah pasukan untuk memperketat pengamanan di Istana Kepresidenan, Jakarta. Menurutnya, penambahan pasukan baru akan dilakukan jika ada massa besar.
"Kita kan pengamanan harian sudah cukup kuat. Enggak perlu. Kecuali kalau massa besar, baru. Kalau yang begitu kita cukup kuat lah," kata Maruli saat dihubungi, Selasa (3/12/2019).
Utusan istana sempat mendatangi lokasi ledakan diduga granat asap di dalam area Monas. Juru bicara presiden, Fadjroel Rachman mengatakan, Jokowi sudah mengetahui insiden ledakan yang melukai dua prajurit TNI yang tengah olah raga di Monas.
Saat ledakan terjadi, Jokowi sedang berada di jalan. Dia pun memastikan bahwa kondisi di Istana Kepresidenan aman.
"Presiden sudah mengetahui, diserahkan kepada pihak berwajib saja," ucap Fadjroel di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).
Fadjroel mengaku prihatin terhadap dua anggota TNI yang menjadi korban ledakan di Monas ini. Dia mendoakan agar korban segera pulih.
Jokowi belum memberikan arahan khusus terkait insiden ledakan yang terjadi di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Jokowi mempercayakan proses investigasi kepada aparat kepolisian dan TNI.
"Belum ada arahan dari Presiden, sebagaimana biasa beliau selalu mengatakan segala tindak kekerasan apapun bentuknya kita harus tegas, setegas-tegasnya, dan diserahkan kepada pihak berwajib dan petugas investigasi," tegas Fadjroel.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kronologi Ledakan
Pagi itu sekitar pukul 07.15 WIB, kegiatan olahraga yang rutin dilakukan personel Mabes TNI Angkatan Darat (AD) di kawasan Monas, Jakarta Pusat diwarnai insiden berdarah. Sebuah ledakan mengagetkan orang-orang yang ada di sekitar kawasan Monas.
Seorang prajurit terkapar di tanah. Hampir sekujur tubuhnya bersimbah darah. Kaos warna gelap yang digunakan robek di bagian dada. Sementara satu anggota lainnya yang terluka ringan sibuk mencari pertolongan.
Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya) Mayjen Eko Margiyono mengatakan, kedua korban yakni Serka Fajar dan Praka Gunawan telah mendapatkan penanganan medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
"Untuk korban atas nama Serka Fajar ini yang kemungkinan dia tangan kirinya yang agak parah, karena pada saat memegang granat asap dia mengenakan tangan kiri," ujar Eko saat konferensi pers di Monas, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Jenderal bintang dua itu memastikan, kondisi anak buahnya sadar dan bisa berkomunikasi. Bahkan dalam video yang viral, Serka Fajar masih bisa duduk sendiri meski bersimbah darah dan menderita luka cukup parah.
"Artinya bukan satu korban yang cukup serius sekali, tidak," ucap Eko.
Sementara satu korban lainnya yakni Praka Gunawan hanya mengalami luka ringan di bagian pahanya diduga akibat terkena serpihan material granat.
Dia pun meminta masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap beraktivitas seperti biasa. Kawasan Monas yang sempat ditutup untuk keperluan olah TKP dan penyelidikan telah dibuka kembali untuk umum sekitar pukul 10.45 WIB.
"Kami hanya ingin menyampaikan kepada publik bahwa ini bukan sesuatu hal yang luar biasa. Ini menang ditemukan ada granat asap, ini kita sedang mendalami mengapa ada granat di sana," kata Eko.
Di lokasi yang sama, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono mengatakan, kasus granat asap yang meledak di kawasan Monas bukan kejadian luar biasa. Dia pun meminta kasus ini tidak dibesar-besarkan.
"Ini hanya granat asap saja jadi nggak perlu dibesar-besarkan masalah ini," kata Gatot saat konferensi pers di Monas, Selasa.
Gatot meyakinkan, masyarakat bahwa situasi di Jakarta aman pascaledakan granat di kawasan Monas yang melukai dua prajurit TNI. Dia meminta masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa.
"Enggak usah khawatir, situasi di DKI Jakarta saya dengan Pangdam akan mengamankan ini. Tidak ada hal yang menonjol, ini kejadian biasa saja," tuturnya.
Kendati begitu, tim gabungan Polri-TNI tetap menyelidiki kasus ledakan granat asap tersebut. Aparat juga masih menelusuri asal muasal granat tersebut dan bagaimana bisa ditemukan di kawasan Monas.
Dalam kasus ini, polisi akan mengumpulkan keterangan saksi, memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi, dan memeriksa material ledakan ke laboratorium forensik. Petugas telah menyisir lokasi dan dipastikan tidak ada lagi bahan peledak di area Monas.
Sementara itu, seorang saksi bernama Maryati mengaku kaget saat mendengar suara ledakan dari dalam kawasan Monas. Saat itu, Maryati tengah menyapu Jalan Medan Merdeka Utara tepatnya di depan Gedung Mahkamah Agung (MA).
"Saya pikir itu ban mobil," katanya saat ditemui di depan Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).
Maryati menuturkan ledakan terdengar pada pukul 07.05 WIB. Suara ledakan terdengar hanya sekali namun cukup keras.
"Blegur. Saya sampai pengang. Kuping saya pengang," ucapnya.
Advertisement
Apa Itu Granat Asap?
Granat erat kaitannya dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki TNI maupun satuan keamanan seperti Polri. Dilansir dari berbagai sumber, granat memiliki banyak jenis, antara lain granat serpihan, granat asap, granat antikerusuhan, granat pembakar, dan granat kejut.
Granat asap umumnya memiliki warna penanda seperti hijau, kuning, merah, dan ungu. Warna ini disesuaikan dengan fungsi dang kandungan yang terdapat di dalamnya.
Liputan6.com menghimpun keterangan yang pernah disampaikan Kepala Penerangan Kodam XVII Cendrawasih Kolonel Aidi, Desember 2018, untuk menangkis hoaks yang disebar kelompok kriminal bersenjata yang menuduh militer menggunakan senjata berat kepada warga Papua.
Disebutkan, granat asap memiliki fungsi sebagai alat isyarat darat atau darat ke udara, penanda zona sasaran atau pendaratan, atau penyembunyi pergerakan tentara.
Aidi mengatakan, bahwa granat asap adalah jenis amunisi standar yang juga diproduksi oleh perusahaan alat utama sistem senjata dalam negeri.
Bentuk dari granat asap berbahan selongsong alumunium dan tidak mengandung bahan peledak mematikan. Terkait isi dari selongsong tersebut, berupa bahan kimia yang bereaksi saat pin atau penggalak dibuka maka bereaksi dengan mengeluarkan asap.
Lalu kenapa granat asap di Monas bisa meledak dan melukai dua prajurit TNI?
Salah seorang personel Gegana Brimob Polri yang meminta namanya dirahasiakan mengatakan, ledakan pada dasarnya terjadi di setiap granat. Hanya saja daya ledak dengan jenjang berbeda.
Untuk granat asap sendiri, disebut tidak mematikan, kendati bila ditangani dengan cara yang salah maka sangat memungkinkan menimbulkan luka.
"Umpamanya seperti petasan, bila dilempar dan meledak mengenai orang kan tidak sampai luka yang bagaimana-bagaimana seperti itu. Tapi bila disulut tapi digenggam dengan tangan tak dilempar, tangan hancur juga kan?," kata anggota Gegana Polri berpangkat Iptu itu saat berbincang dengan Liputan6.com di lokasi kejadian.