Liputan6.com, Muna - Tanah dan bebatuan karst di wilayah Kabupaten Muna, kerap jadi buruan pekerja proyek infrastruktur. Bahkan, salah satu sekolah dasar di Kabupaten Muna yang memiliki areal bebatuan karst tidak luput dari incaran mereka.
Salah satu sekolah dasar di Desa Laiba, Kecamatan Parigi, lahannya digerus demi bongkahan karst. Aksi ini, berlangsung sejak awal 2018 hingga menjelang akhir tahun.
Usai dikeruk, sebagian lahan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 13 Parigi itu, berubah curam karena pengerukan tanah karst di sekitar sekolah. Malah, pekerja tinggal menyisakan tanah yang tidak digali sekitar satu meter lebih dari gedung sekolah. Karena galian ini, gedung sekolah hanya berjarak sekitar 1 meter lebih dari galian. Padahal, banyak murid yang masih bocah, kerap bermain di sekitarnya.
Baca Juga
Advertisement
Bekas galian pekerjaan proyek jalan itu menyisakan semacam tanah landai sekitar 7 meter. Jika tak hati-hati, siswa sekolah dasar di situ bisa jatuh terperosok ke dalam galian.
Salah seorang petugas pendamping desa di Kabupaten Muna yang berhasil ditemui, Nur Arduk mengatakan, kondisi sekolah sangat mengancam sejumlah siswa. Tanah galian yang ditinggalkan, terlalu curam untuk murid-murid sekolah dasar yang setiap hari beraktivitas di wilayah itu.
"Jarak galian dengan gedung sekolah, tersisa sekitar satu meter lebih. Sedangkan dalamnya sekitar 6 sampai 7 meter, kalau anak-anak jatuh kesitu kasian," ujar Nur Arduk, salah seorang petugas pendamping desa.
Tanah karst ini, menurut Nur Arduk awalnya digali sejak 2018 lalu. Karena tanah karst di sekolah itu sudah habis dan tak bisa dikeruk lagi, kemudian ditinggalkan.
"Pihak sekolah dan perusahaan yang mengeruk tanah, tidak membuat tanggul atau pagar pembatas untuk melindungi siswa," tambah Arduk.
Menurut informasi pihak sekolah di Desa Laiba Kabupaten Muna, galian karst dibawa untuk pengerjaan jalan usaha tani di desa. Kata kepala sekolah, yang pertama kali berinisiatif menggunakan lahan sekolah untuk jalan desa adalah mantan Kepala Desa Laiba, LD.
Gerbang Sekolah Dibongkar
Saat mengeruk tanah karst di SD 13 Parigi, pihak kontraktor ikut membongkar gerbang sekolah. Penyebabnya, bangunan itu menghalangi jalur keluar masuk mobil ekskavator dan truk pengangkut.
Setelah gerbang dibongkar, tanah di sekitar sekolah kemudian diratakan. Sejumlah lahan di sekitar rumah jabatan guru juga dikeruk mobil ekskavator.
Kepala Sekolah SD 13 Parigi, La Daidai, saat dikonfirmasi Liputan6.com, mengatakan sebenarnya masalah dikeruknya lahan sekolah oleh perusahaan tidak benar. Sebab, jalan itu digunakan untuk usaha tani.
"Saat itu, kepala desa yang mengarahkan mobil truk dan alat berat, dia yang koordinasi soal pengangkutan tanah itu," ujar La Daidai, Selasa (3/12/2019).
Dia menjelaskan, terkait tanah galian itu, sudah ada usaha melindungi siswa dari ancaman jatuh. Saat ini, pihaknya sudah mengadakan sejumlah papan seng, palang kayu dan bahan untuk membuat pagar.
Menurut sejumlah warga, karena sebagian tanah sekolah yang dibongkar dan menyebabkan curam, warga jadi ketakutan menyekolahkan anak-anak mareka. Beberapa orangtua siswa, bahkan memindahkan anak-anak mereka ke sekolah lain.
Namun, kepala sekolah mengklaim, sekolah yang dipimpinnya tidak berkurang siswanya. Malah, awalnya hanya sekitar 38 orang, kini bertambah menjadi 60 orang lebih.Terkait hal ini, sejumlah anggota DPRD Kabupaten Muna sudah pernah melakukan kunjungan kerja ke wilayah ini. Namun, hingga saat ini belum ada pemasangan pagar pembatas.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Advertisement