Liputan6.com, Jakarta - Tiktok kembali dituduh mengirimkan data pengguna ke Tiongkok. Adalah seorang mahasiswa di California yang mengajukan gugatan terhadap aplikasi berbagi video singkat tersebut.
Tuduhan itu, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (5/12/2019), menyebut meski TikTok tidak menyimpan data pengguna di Tiongkok, aplikasi itu mengirimkan data itu ke sana.
Baca Juga
Advertisement
Perusahaan tidak segera menanggapi tuduhan tersebut, tetapi menyatakan menyimpan semua data pengguna AS di Amerika Serikat dengan cadangan data di Singapura.
Langkah hukum ini kemungkinan dapat memperuncing masalah yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan perusahaan Tiongkok itu.
Sebelumnya perusahaan telah menghadapi penyelidikan keamanan nasional. Pemerintah AS mengkhawatirkan penyimpanan data dan kemungkinan sensor terhadap konten TikTok mengenai politik dan bersifat sensitif .
TikTok Minta Maaf Blokir Remaja yang Bicara soal Muslim Uighur
Diwartakan sebelumnya, TikTok meminta maaf usai memblokir seorang remaja AS, Feroza Aziz, setelah membagikan video yang menyoroti perlakukan Tiongkok terhadap muslim Uighur di kamp pengasingan Xinjiang. Juru bicara TikTok mengatakan pemblokiran tersebut sebagai kesalahan moderasi manusia.
Aziz dalam video tersebut mulanya memberikan panduan untuk melentikkan bulu mata. Tak lama setelah video dimulai, ia langsung membicarakan soal muslim Uighur.
"Karena kesalahan moderasi manusia, video viral tersebut dihapus. Penting untuk mengklarifikasi tidak ada dalam pedoman komunitas kami yang menghalangi konten seperti video tersebut, dan video itu seharusnya tidak dihapus," ungkap pimpinan keamanan TikTok AS, Eric Han, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (30/11/2019).
Advertisement
Bukan blokir pertama
Han mengungkapkan, TikTok sebelumnya juga memblokir akun lain milik Aziz setelah ia mengunggah video satir tentang Osama bin Laden. Terkait dengan pemblokiran baru ini, pihak TikTok sudah menghubungi Aziz, dan memulihkan kembali akunnya.
"Pendekatan moderat kami terhadap pelarangan perangkat terkait akun yang diblokir, dirancang untuk melindungi dari penyebaran perilaku jahat terkoordinasi, dan jelas ini bukan yang dimaksud di sini (kasus Aziz)," jelas Hans.
Aziz melalui Twitter mengungkapkan akunnya memang telah kembali dibuka. Namun, ia meragukan penjelasan TikTok.
"Apakah saya percaya mereka menghapusnya karena video satir tidak terkait yang sudah dihapus dari akun saya, yang sebelumnya sudah dihapus? Tepat setelah saya selesai mengunggah bagian ketiga video tentang Uighur? Tidak," tulis Aziz.
(Why/Ysl)