Pertamina Gunakan Skema Baru Percepat Pembangunan Kilang Balongan

Pertamina memenangkan kontraktor pengadaan dengan cara Dual Feed Competition (DFC) Refinery Development Master Plan (RDMP‎) RU VI Balongan fase I.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Des 2019, 13:00 WIB
Tabung - tabung kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Pertamina memenangkan kontraktor pengadaan dengan cara Dual Feed Competition (DFC) Refinery Development Master Plan (RDMP‎) RU VI Balongan fase I. ‎Skema baru tersebut diterapkan untuk mempercepat pembangunan kilang.

Kontrak DFC dilakukan Pertamina dengan Konsorsium REE yaitu PT Rekayasa Industri, PT Rekayasa Engineering, dan PT Enviromate Technology International. Sementara konsorsium JSW diantaranya JGC Indonesia, PT Synergy Engineering, dan PT Wijaya Karya.

Penandatangan dilakukan oleh Ignatius Tallulembang Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia bersama Direktur dari Konsorsium RRE dan Konsorsium JSW disaksikan oleh Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina dan Basuki Tjahaja Purnama, Komisaris Utama Pertamina.

"Senang sekali kita baru saja melihat penandatanganan yang menjadi sejarah bagi Pertamina dan Indonesia," kata Nicke, di Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Adapun kedua konsorsium ini berkompetisi untuk membuat Front End Engineering, design terbaik yang akan diimplementasikan pada proyek RDMP RU VI Balongan fase 1.

Dual FEED Competition merupakan strategi kontrak yang menandingkan dua atau lebih praktik desain rinci (Front End Engineering Design/FEED, kemudian nantinya pemenang FEED juga diberikan kontrak Engineering Procurement Construction (EPC).

Menurut Nicke, skema ini digunakan pertama kali dalam pembangunan kilang, agar membangun kilang lebih cepat. Dengan skema ini RDMP RU VI Balongan fase 1 bisa selesai lebih cepat yaitu menjadi 2,5 tahun. Kita yakini bisa memberikan performance yang baik.

" Prosesnya ini cukup challenging dan ketat, kita mulai dari Balongan dan akan diterapkan di kilang selanjutnya. Tahap kedua yaitu Balikpapan kemudian Plaju, Dumai, dan Cilacap. Kita juga akan lakulan ke kilang lainnya. Sekali lagi selamat kepada kedua konsorsium yang sudah terpilih," tuturnya.

Ignatius Tallulembang mengungkapkan, implementasi DFC adalah salah satu upaya akselerasi pelaksanaan penugasan proyek pengembangan kilang Pertamina. DFC telah banyak dilakukan oleh beberapa perusahaan ternama.

"Kita bersama-sama menyaksikan salah satu milestone besar dalam implementasi DFC pada proyek RDMP RU VI Balongan Phase 1, yang dimenangkan oleh 2 konsorsium. Pengenalan akan konsep DFC di Pertamina ini berawal dari gagasan luar biasa yang dicetuskan oleh Tanri Abeng dan Archandra Tahar pada tahun 2017," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bangun Kilang Tuban, Pertamina Serap Ribuan Tenaga Kerja Lokal

Petugas PT. Pertamina (Persero) berfoto bersama di Refinery Unit (RU) atau kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik Pertamina. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

PT Pertamina (Persero) telah memasuki tahap pengerjaan awal pada proyek Kilang Tuban di Jawa Timur, yakni pembersihan lahan sekitar 328 hektare (ha) serta pemulihan lahan abrasi (restorasi) seluas 20 ha.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan, bahwa pada pembangunan Kilang Tuban juga akan menyerap 35 persen tingkat komponen dalam negeri (TKDN), penyerapan tenaga kerja sebanyak 20 ribu saat konstruksi, dan 2.500 saat operasi.

"Proyek ini juga menciptakan multiplier effect lainnya, terutama di daerah sekitar lokasi di Tuban termasuk peningkatan pendapatan negara dan daerah, baik dari pajak dan juga penguatan devisa negara karena mengurangi ketergantungan impor crude dan produk," terangnya, Sabtu (30/11/2019).

Berdasarkan informasi yang diberikan Pertamina, dalam tahap pembangunan awal, perseroan telah menyerap sebanyak 271 tenaga kerja lokal asal Tuban.

Lebih lanjut, Nicke menjelaskan, setelah mendapatkan penetapan lokasi, Pertamina bergerak cepat untuk menyelesaikan persiapan lahan termasuk menjalankan kesepakatan dengan pemerintah daerah dan masyarakat, diantaranya penyiapan tenaga kerja lokal.

"Pertamina pro aktif membangun kemampuan dan keahlian tenaga kerja lokal. Selain telah menyerap 271 pekerja lokal, saat ini Pertamina juga telah memberikan beasiswa kepada 21 orang lulusan terbaik SMA/SMK di wilayah sekitar untuk melanjutkan kuliah di Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu," ujar dia.

Nicke berharap, nantinya para siswa tersebut bisa memiliki keahlian khusus agar bisa bergabung di Proyek Kilang Tuban, baik menjadi tulang punggung pada saat pembangunan maupun operasional nanti. 


Kilang Tercanggih

Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kilang Tuban merupakan salah satu kilang tercanggih di dunia yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.

Selain itu, Kilang Tuban juga akan menghasilkan 4 juta liter avtur per hari serta produksi petrokimia sebesar 4.25 juta ton per tahun.

"Seluruh BBM yang diproduksi di Kilang Tuban memiliki standar terbaik di dunia yakni Euro5, yang sangat ramah dengan lingkungan," ungkap Nicke.

Untuk membangun megaproyek ini, Nicke meneruskan, Pertamina menginvestasikan sekitar USD 15-16 miliar yang diperkirakan akan selesai pada 2026 mendatang. Proyek ini menempati area seluas kurang lebih 900 ha.

"Ini salah satu proyek prestisius dan sangat strategis dalam membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Dampaknya juga tentu akan sangat besar dirasakan masyarakat sekitar proyek, khususnya Tuban dan sekitarnya," pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya