Liputan6.com, Jakarta Meski meninggalkan bangku kuliah, Bom Kim, justru bisa mendirikan perusahaan paling bernilai di Korea Selatan. Menjadi pendiri dan CEO Coupang, raksasa e-commerce senilai USD 9 miliar setara Rp 126 triliun yang dijuluki Amazon Korea Selatan. (USD 1=Rp 14.000)
Kim memulai bisnis pada 2010 di Seoul. Dengan mengambil peluang dari perkembangan teknologi. Ini dia lakukan usai 6 bulan mengikuti perkuliahan di Harvard.
Advertisement
"Saya memiliki kepercayaan ketika saya di sekolah pascasarjana bahwa saya memiliki jendela yang sangat pendek untuk benar-benar membuat sesuatu yang berdampak,” jelas dia seperti mngutip CNBC, Rabu (4/12/2019).
Langkah yang diambil Bom Kim pun tepat. Sekarang, kurang dari satu dekade, Kim menjadi otak di balik start-up paling bernilai di Korea Selatan. Saat ini perusahaannya memiliki basis pengguna hampir setengah dari populasi negara itu.
Meski sukses, pengusaha berusia 40 tahun mengaku jika dia tidak benar-benar berangkat untuk menjadi Jeff Bezos berikutnya.
Saat Coupang dimulai pada akhir tahun 2000-an, masih dalam bentuk bisnis daily deal ala Groupon. Saat Kim memperhatikan ruang lingkup e-commerce yang kian berkembang, dia pun mengalihkan bisnisnya ke pasar pihak ketiga yang terinspirasi eBay.
“Bentuk, model bisnis, seperti apa bentuk Coupang hari ini, mengalami banyak perubahan,” kata Kim.
Dalam waktu tiga tahun, perusahaan yang dibangun Kim berhasil melampaui penjualan USD 1 miliar (Rp 14 triliun) dan berada di puncak penawaran umum perdana.
Kesuksesan ini membuat Coupang dilirik. Pada November 2018, Coupang telah menerima total USD 3,6 miliar pendandaan dari nama-nama besar termasuk Softbank, Sequoia Capital dan BlackRock.
Itu yang mendukung nilai perusahaan naik menjadi USD 9 miliar. Hingga menjadikannya start-up Korea Selatan paling berharga, dan mengangkat Kim sebagai miliarder ikonik.
Reporter: Danang Jatiakbar
Perjalanan Bisnis
Dalam perjalanan membangun bisnisnya, Kim menciptakan Coupang sebagai platform belanja yang dirancang untuk mengelola kebutuhan pelanggan dari desktop ke pintu.
"Lingkungan yang dimiliki Korea - urbanisasi yang tinggi, kepadatan populasi yang ekstrem, dan infrastruktur TI - itu adalah hal-hal yang saya pikir akan dibagi oleh pelanggan di banyak daerah, banyak wilayah, terutama di Asia, saat mereka memodernisasi," kata Kim.
Itu termasuk menciptakan bisnis logistik bergaya UPS milik Coupang, Rocket Delivery, yang dimaksudkan untuk menyenangkan pelanggan dan meningkatkan sistem pos Korea Selatan yang terputus-putus.
"Satu-satunya model yang kami lihat terutama seperti Amazon. Dan pada saat itu, kami benar-benar iri dengan itu," jelas dia.
Pasar e-commerce Korea Selatan telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir, dan tahun ini diproyeksikan menjadi yang terbesar kelima di dunia setelah Cina, AS, Inggris dan Jepang.
Sementara itu, jam kerja yang panjang dan kota-kota padat penduduk membuat negara itu siap untuk layanan pengiriman berdasarkan permintaan.
Saat ini, lebih dari 5.000 pengemudi - yang dikenal sebagai Coupangmen - mengirimkan 99,3 persen pesanan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Layanan Pengiriman Fajar yang baru bahkan berjanji untuk melampaui Amazon Prime, menyediakan pengiriman 07:00 untuk pesanan yang dilakukan sebelum tengah malam malam sebelumnya.
Advertisement