Liputan6.com, Surabaya - Prestasi sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kian melejit di kancah internasional. Dengan mengusung gagasan kotak pendingin ramah lingkungan bernama ES-PORT, tim dari Departemen Teknik Industri ITS berhasil meraih medali emas dan beberapa penghargaan spesial pada gelaran Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019.
Kompetisi itu berlangsung di Korea Selatan selama empat hari, mulai Rabu, 27 November 2019. SIIF merupakan perhelatan tahunan pameran produk riset yang pada tahun ini diikuti oleh 635 inventor dari 30 negara di seluruh dunia yang melingkupi kalangan mahasiswa hingga perusahaan multinasional.
Gagasan produk Portable, Practical, and Eco-Friendly Storage (ES-PORT) yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa dan dosen Departemen Teknik Industri ITS ini mendapatkan penghargaan spesial dari tiga instansi, yaitu Taiwan Invention Association, Universiti Malaysia Trengganu, dan Patent Office of Cooperation Council for the Arab States of The Guils (GCCPO).
Baca Juga
Advertisement
Delegasi ITS yang dibimbing oleh Dr Adithya Sudiarno dan Ratna Sari Dewi PhD tersebut beranggotakan tiga mahasiswa lintas angkatan, yaitu Muhammad Adrian Fadhilah, Reza Aulia Akbar, dan Dito Abrar Amanullah.
Adithya Sudiarno, salah satu dosen yang ikut andil dalam perancangan produk tersebut menuturkan, hal yang menjadikan timnya meraih penghargaan spesial dari GCCPO adalah atas dasar konsep desain 4 in 1 practically.
"Penghargaan tersebut merupakan salah satu yang mengejutkan kami (tim ES-PORT),” ungkap dosen pengampu Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Departemen Teknik Industri ITS, Selasa, 3 Desember 2019.
Lebih lanjut, menurut Adithya, konsep 4 in 1 practically yang dimaksud adalah pertama, eco design dari produk tersebut yang menggunakan bahan 100 persen Recycled High Density Polyethylene (HDPE). Hal ini berpengaruh pada penambahan kapasitas penyimpanan. Sehingga dengan menambah lembaran baru HDPE di beberapa bagian, maka kapasitas produk akan membesar.
Kedua, adalah pada komponen pendingin yang menggunakan termoelektrik (perangkat konversi energi panas) dan ice gel. Ketiga, adalah penggunaan panel surya dan listrik. Serta terakhir, desain mobilitas produk yang dibuat mengacu prinsip rancangan antropometri (pengukuran dimensi tubuh manusia) agar produk bersifat ergonomis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Produk ES-PORT Telah Diuji Coba
Muhammad Adrian Fadhilah, salah satu anggota tim mengatakan, produk ES-PORT telah diuji coba dan diaplikasikan langsung pada nelayan di wilayah Kenjeran, Surabaya.
"Yang mana dalam pengujiannya, produk ini mampu mendinginkan hingga suhu minus 5,5 derajat celcius selama kurang lebih sepuluh jam,” kata mahasiswa yang akrab disapa Adrian tersebut.
Mengupas balik ke belakang, cetusan produk tersebut berangkat dari permasalahan para nelayan yang 6 – 7 persen hasil tangkapannya sering membusuk sebelum dijual. Juga mengacu pada masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh media penyimpanan bahan pangan yang masih menggunakan freon (Chlorofluorocarbon). Seperti diketahui bahwa freon memberikan kontribusi terhadap penipisan lapisan ozon.
Untuk itulah, sejak enam bulan yang lalu, produk ES-PORT dirancang. Disampaikan kembali oleh Adrian, bahwasanya banyak tantangan yang dihadapi oleh timnya selama proses perancangan purwarupa produk tersebut.
"Seperti halnya ketidaksamaan antara ide awal dan kondisi riil ketika pembuatan, sehingga ada rancangan yang harus diganti ataupun dirancang ulang,” ujar mahasiswa angkatan 2018 tersebut.
Sementara itu, menilik fakta, produk buatan timnya mendapatkan atensi yang bagus, Adithya selaku pembimbing mengatakan bahwa akan dilakukan pengembangan fitur lebih lanjut.
"Hal ini mengacu pada masukan yang kami terima selama kompetisi, sembari menyiapkan untuk hak cipta produk ES-PORT sendiri," pungkas Kepala Program Studi Sarjana Departemen Teknik Industri ITS tersebut.
Advertisement