Liputan6.com, Jakarta - Festival seni berbasis teknologi, Wave of Tomorrow kembali digelar tahun ini. Berlangsung pada 20--29 Desember 2019 di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, festival ini menghadirkan deretan karya seni, satu di antaranya dari Sembilan Matahari.
CEO Sembilan Matahari, Adi Panuntun menyebut sejak dulu selalu mengeksplorasi kebaruan dan senang berekspresi dengan teknologi. Hampir sembilan tahun sejak 2010, studio ini dominan bermain dengan medium video mapping atau projection mapping.
"Sembilan Matahari memberanikan diri membawakan sesuatu yang kembali baru belum menjadi tren atau dibawakan seniman art tech sebelumnya terutama di Indonesia. Gambarannya ini adalah sebuah instalasi kinetik yang dibangun dari sisi mekatronik dan robotik," kata Adi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa, 3 Desember 2019.
Baca Juga
Advertisement
Sembilan Matahari, lanjut Adi, akan mengajak pengunjung berada pada satu lingkungan yang imersif. Jika tahun lalu imersif dilingkupi nuansa romantic awan salju yang syahdu, di Wave of Tomorrow 2019 ini akan ada kejutan manis.
"Tahun ini, secara puitis kami coba akan membawakan satu lingkungan automasi mekatronik yang merupakan prinsip dasar dari robotik ini tampil juga dengan syahdu. Kita sekarang menyambut era industri 4.0 di mana automasi data semuanya tampil seolah ingin menguasai kehidupan kita, kita ingin hadirkan nuasannya yang lain," tambahnya.
Nuansa puitis bakal dihadirkan dengan elemen musik audio yang dikatakan Adi tak kalah seru dari instalasi Wave of Tomorrow tahun lalu yakni Installation Neverland.
"Di tahun ini, karya kami berjudul Rhyme atau Rima. Rima seperti sajak, puisi atau lirik lagu. Rhyme kali ini kita membangun artificial environment yang mengadopsi dari lingkungan di sekitar," ungkapnya.
Hal tersebut dibangun dari automasi mekatronik yang jadi prinsip dasar robotik yang hadir seperti sesuatu yang visionary. "Ketika pengunjung masuk ke area instalasi kita, Rhyme akan beresonansi atau berima ke audio," tutur Adi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dua Opsi Instalasi
Sembilan Matahari juga akan mengandeng musisi-musisi eksperimental seperti duo musisi elektronik asal Bandung, Bottlesmoker untuk melakukan resonansi secara live music ke instalasi yang dihadirkan.
"Ketika masuk opsi dari show ada dua opsi instalasi, mode opsi reguler di mana tidak ada live music pengunjung bisa menikmatinya dengan memasuki area instalasi," jelas Adi.
Sementara mode kedua adalah mode live music, di mana melibatkan musisi-musisi eksperimental merespons kinetik. Sembilan Matahari mencoba menghadirkan satu konsep lewat instalasi Rhyme.
"Nuansanya adalah setiap apa yang kita lakukan sebagai manusia, itu sebenarnya akan berima pada lingkungan kita. Kita buang sampah plastik, itu akan berima secara pola global pada lingkungan besar, ini yang secara metaforik akan kita hadirkan di instalasi tersebut," ungkap Adi.
Selain Sembilan Matahari, ada pula kreator dengan background dan disiplin ilmu yang berbeda di Wave of Tomorrow 2019 seperti dari dalam negeri ada Rubi Roesli, Kinara Darma x Modulight, U Visual, Motionbeast, Notanlab, Farhanaz, Ricky Janitra, dan Maika.
Sementara, empat kreator internasional meliputi Ouchhh, Jakob Steensen, Nonotak, dan Tundra. Harga tiket festival ini Rp100 ribu per hari dan Rp500 ribu untuk all day access.
Advertisement