Indra Sjafri vs Sundramoorthy: Duel 2 Legenda Beda Nasib

Bicara pengalaman sebagai pemain, Sundramoorthy unggul telak atas Indra Sjafri. Namun, soal prestasi sebagai pelatih, keduanya bagai bumi dan langit.

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 05 Des 2019, 11:20 WIB
Sea Games 2019 - Sepak Bola - Timnas Indonesia U-22 Vs Laos - Duel Pelatih (Bola.com/Adreanus Titus)

Manila - Timnas Indonesia U-22 bakal bentrok dengan Laos dalam laga keempat Grup B sepak bola SEA Games 2019 di Stadion Imus Grandstand, Imus, Kamis (5/12/2019) pukul 18.00 WIB. Laga ini bakal mempertemukan dua pelatih 'legendaris', yakni Indra Sjafri dan Varadaraju Sundramoorthy.

Bicara pengalaman sebagai pemain, Sundramoorthy menang telak atas Indra Sjafri. Namun, prestasi Indra sebagai pelatih unggul jauh jika dibandingkan dengan Sundramoorthy.

Pelatih kelahiran Lubuk Nyiur, Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatra Barat, itu pernah membawa Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013 di Sidoarjo. Berkat prestasi itu dan juga metodenya dalam mencari pemain muda, nama Indra Sjafri melambung.

Menariknya, karier Indra sebagai pemain bisa dibilang tidak istimewa, berbanding terbalik dengan prestasinya ketika menjadi pelatih. Kariernya sebagai pemain PSP Padang Junior berujung pada pekerjaan tetap sebagai karyawan di PT Pos Indonesia.

"Dari 1985-2007, prestasi puncak Kepala Kantor Distribusi PT Pos Indonesia di Padang. Saya minta pensiun tahun 2007," kata Indra.

Setelah itu, Indra memutuskan untuk kembali ke lapangan hijau, kali ini sebagai pelatih. Gebrakan dilakukannya dengan cara blusukan ke segala penjuru Tanah Air mencari pemain untuk mengisi skuat Timnas Indonesia U-19 pada 2013.

Pasang surut prestasi pernah dirasakan Indra Sjafri. Usai berhasil menjuarai Piala AFF U-19 2013, ia sempat dilepas PSSI karena gagal membawa Timnas Indonesia U-19 meraih empat besar Piala AFC U-19 2014.

Lepas dari Timnas Indonesia U-19, Indra memilih menjadi pelatih Bali United untuk tampil di ISC 2016. Hasil mengecewakan diterimanya karena hanya finis di tangga ke-12 klasemen akhir.

Setahun berselang, saat Edy Rahmayadi memimpin PSSI, Indra kembali dipercaya menangani Timnas Indonesia U-19. Targetnya lagi-lagi membawa Garuda Muda juara di Piala AFF U-19 2017 di Kamboja. Sayang, saat itu Indra hanya sanggup finis ketiga, sama dengan apa yang ia raih pada edisi 2018.

Kini, Timnas Indonesia U-22 di bawah asuhan Indra Sjafri masih berjuang meraih medali emas SEA Games 2019. Memiliki kans lolos yang cukup besar, harapan rakyat Indonesia untuk melihat bendera merah putih kembali didengungkan.

 

 


Sundramoorthy, Hebat sebagai Pemain, Tak Teruji sebagai Pelatih

Varadaraju Sundramoorthy, saat masih menangani Timnas Singapura. (FAS)

Pada bulan Oktober 2018, Sundramoorthy menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun bersama Timnas Laos. Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Laos saat itu, Mike Wong mengklaim bahwa Sundram, begitu Sundramoorthy akrab disapa, bakal memberikan perubahan signifikan.

"Laos memiliki pelatih yang bagus dengan pengalaman internasional yang mumpuni. Tuan Sundramoorthy kami kontrak selama tiga tahun. Keberadaannya akan memberikan stabilitas buat sepak bola Laos," kata pria yang pada 2018 naik jabatan sebagai konsultan teknik FIFA regional Asia Timur.

"Sundram tahu betul peta kekuatan lawan dan generasi emas yang dimiliki Laos juga akan siap mengisi susunan pemain tim senior Laos," katanya lagi penuh harap disadur dari Fox Sports Asia.

Sundramoorthy merupakan pemain legendaris Singapura. Ia bahkan dianggap sebagai satu di antara pemain terbaik yang pernah dimiliki Timnas Singapura, bersama Fandi Ahmad tentunya.

Sundram dijuluki The Dazzler dan King Cobra berkat naluri membunuhnya di kotak penalti lawan. The Dazzler lantas menjadi judul buku biografinya.

Pada tahun 1988, ia pernah bermain untuk raksasa Swiss, FC Basel. Tiga gol berhasil ia lesakkan dari lima pertandingan.

Berbanding terbalik dengan apa yang ditorehkan Indra Sjafri, prestasi Sundram sebagai pelatih cenderung suram. Ia sempat menangani National Football Academy (NFA) U-18, yakni proyek ambisius PSSI-nya Singapura yang dibentuk tahun 2000 untuk mengembangkan bibit-bibit sepak bola di sana dari tahun 2004 hingga 2007.

Awal tahun 2013, Sundram ditunjuk sebagai pelatih sementara Singapura, menggantikan Radojko 'Raddy' Avramovich. Pada Oktober tahun yang sama, ia mengatakan tidak ingin memperbarui kontraknya bersama Timnas Singapura U-23. Sebelumnya pada bulan Mei, Bernd Stange lebih dulu menggusurnya sebagai pelatih Timnas Senior Singapura.

Pada Mei 2016, ia kembali melatih Singapura kali ini sebagai pelatih tetapi. Meski berlabel pemain legendaris Singapura, prestasinya jauh dari kata memuaskan.

Sebanyak 22 pertandingan yang ia jalani, hanya tiga kemenangan yang berhasil ia rengkuh, itu pun laga persahabatan. Kemenangan 3-2 atas Maladewa pada Maret 2018 sebelum melangkah ke kualifikasi Piala Asia menyelamatkan mukanya. Pasalnya, hasil tersebut mengakhiri 13 laga tanpa kemenangan.

Kritikan tajam datang dari Terry Pathmanathan, mantan pemain belakang Timnas Singapura era 80-an. Pria 63 tahun yang mendapat julukan Captain Marvel itu merasa Sundram tidak pandai dalam berkomunikasi. Padahal, sebagai pelatih penting untuk melakukan komunikasi intens dengan anak asuhnya.

"Dia sangat positif saat menerima pekerjaan sebagai pelatih Singapura. Secara taktik dia cerdas, tapi terlalu berhati-hati. Saya rasa Sundram takut kehilangan pekerjaannya, takut kehilangan auranya sebagai orang biasa dan pelatih dengan label legenda timnas," ungkap Terry seperti dikutip dari The Independent Singapore.

"Sundram, saya tahu, dia orang yang sangat komitmen dan penuh gairah. Saya mengatakan ini, Sundram sulit berkomunikasi dengan memotivasi pemain. Seharusnya dia memberikan beban kepada pemain, tekanan, supaya tuntutannya kepada pemain didengar. Ini sanggat penting," katanya lagi.


Performa di SEA Games 2019

Pelatih Timnas Indonesia U-22, Indra Sjafri, saat laga kontra Vietnam di Stadion Rizal Memorial, Manila, Minggu (1/12/2019). (Bola.com/Muhammad Iqbal Ichsan)

Indra Sjafri memberikan tiga kemenangan dan satu kekalahan dari empat laga SEA Games 2019 FIlipina. Kekalahan datang dari Vietnam, di mana Timnas Indonesia U-22 dihajar 1-2.

Sundram yang dipercaya memberikan perubahan buat Laos nyatanya belum banyak mengubah apa pun. Pada Piala AFF 2018 misalnya, empat kekalahan didapat di Grup A sehingga menempatkan Laos di posisi dasar klasemen.

Perubahan baru terasa pada SEA Games 2019. Bersaing di grup neraka bersama Vietnam, Indonesia, Thailand, dan Singapura, Laos sukses meraih satu kemenangan, satu imbang, dan dua kekalahan.

Meski sempat dibantai Vietnam 6-1, Laos mampu menahan negara asalnya, Singapura, tanpa gol di laga pembuka. Hasil tersebut seakan menampar publik Singapura yang lebih memuja Raddy Avramovich ketimbang dirinya yang telah memberikan segalanya buat negaranya.

Thailand bahkan sempat dibuat kesusahan saat menghadapi Laos. Tim Gajah Putih sampai harus menunggu hingga menit-menit akhir untuk mencetak dua gol kemenangan yang dilesakkan Suphanat Mueanta menit 90' dan 90'+4.

Praktis, Timnas Indonesia U-22, Indra Sjafri harus mewaspadai kebangkitan Sundram dan Laos. Garuda Muda memang hanya cukup 1-0 untuk lolos ke babak semifinal, akan tetapi, Laos di bawah Sundramoorthy kini lebih berpotensi melahirkan kejutan.


Kabar Langsung dari Filipina

Pembaca Bola.com bisa menikmati sajian liputan eksklusif SEA Games 2019 Filipina di dengan mengklik tautan ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya