Mengintip Satu-Satunya Balai Literasi Braille di Indonesia

Kementerian Sosial sesungguhnya memiliki sebuah Balai Literasi Braille yang terletak di Kota Cimahi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Des 2019, 06:00 WIB
Seorang pengunjung "melihat" buku dan CD yang diterbitkan oleh BLBI Abiyoso (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta Mungkin banyak yang belum tahu bahwa sesungguhnya Indonesia telah memiliki sebuah balai yang bertugas mengalihhurufkan dari tulisan biasa ke dalam tulisan Braille serta bentuk suara untuk para penyandang disabilitas tuna netra.

Baru-baru ini, Health Liputan6.com mengunjungi stand milik Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso yang sempat dihadirkan di perayaan Hari Disabilitas Internasional 2019 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Selasa, 3 Desember kemarin.

Dalam kesempatan tersebut, stand BLBI juga sempat dikunjungi oleh Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin yang menandatangani sebuah Al-Quran Braille, serta Menteri Sosial Juliari P. Batubara yang membubuhkan tanda tangannya di Alkitab Braille.

Balai yang berlokasi di kota Cimahi ini berada di bahwa Kementerian Sosial Republik Indonesia dan sudah ada sejak 1961 dengan nama Lembaga Penerbitan dan Perpustakaan Braille Indonesia di Bandung. Di tahun 1979, barulah balai tersebut berpindah ke Cimahi.

"Tujuannya untuk mencetak dan mendistribusikan buku-buku Braille bagi penyandang disabilitas sensorik netra yang ada di seluruh Indonesia," kata Herson, Kepala Seksi Kerja sama dan Evaluasi BLBI Abiyoso, ditulis Kamis (5/12/2019).

"Kami ini satu-satunya di Kementerian Sosial. Hanya ada satu (di seluruh Indonesia)," kata Herson menjelaskan.

Menteri Sosial mengunjungi stand BLBI Abiyoso di puncak perayaan Hari Disabilitas Internasional 2019 (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Akses ke Braille Adalah Hak

BLBI Abiyoso tidak hanya mengalih hurufkan tulisan biasa ke Braille namun juga ke bentuk audio (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Herson mengatakan bahwa mereka tidak hanya mendistribusikan buku-buku Braille ke para penyandang tuna netra namun juga ke sekolah-sekolah luar biasa serta perpustakaan daerah, nasional, dan perguruan tinggi.

"Setiap tahun kami selalu meningkatkan pendistribusian kami. Sampai ke Papua juga sudah ada."

Menurutnya, meski saat ini sudah ada banyak aplikasi berbasis Android yang memudahkan para penyandang tuna netra untuk membaca, tapi masih banyak dari mereka yang mencari informasi dari buku Braille.

"Bagaimanapun juga membaca dan menulis Braille adalah haknya mereka. Mereka harus tahu, dibanding sekarang yang sudah menggunakan fasilitas suara di ponsel-ponsel," kata Herson.

Menteri Sosial mengunjungi stand BLBI Abiyoso di puncak perayaan Hari Disabilitas Internasional 2019 (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Pekerjakan Penyandang Disabilitas

Seorang pengunjung "melihat" buku dan CD yang diterbitkan oleh BLBI Abiyoso (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Ada banyak buku yang dialihhurufkan serta didistribusikan oleh BLBI Abiyoso yang juga sudah tergabung dalam anggota Ikatan Penerbit Indonesia itu. Mulai dari agama, umum, hingga kesehatan.

"Terbitan sudah luar sudah ada, tapi yang jelas terbitan luar harus diterjemahkan dulu ke bahasa Indonesia."

Untuk tugas alih huruf, balai ini juga mempekerjakan para penyandang disabilitas tuna netra. Selain itu, mereka juga sebagai pengawas kualitas buku-buku yang dialih hurufkan.

"Ada banyak. Volunteer juga ada. Kami juga punya komunitas-komunitas yang bekerja secara relawan."

Setiap tahunnya, paling tidak ada 30 jenis buku dan lebih dari 50 ribu eksemplar yang diterbitkan oleh balai ini.

Herson sendiri mengatakan, mereka masih berusaha untuk meningkatkan kerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah yang ada di Indonesia. Selain itu, dia ingin agar ada lebih banyak perpustakaan Braille di institusi-institusi pendidikan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya