Liputan6.com, Jakarta - Mendaki tebing yang supertinggi dan berada di atas laut dengan hantaman ombak, terbayang bagaimana tantangan yang dihadapi.
Melansir Independent.co.uk, Kamis (4/12/2019), hal itu mampu dilakukan oleh penyandang disabilitas Jesse Dufton. Pria asal Inggris mampu menaklukan tebing The Old Man of Hoy setinggi 450 kaki atau sekitar 136 meter di Kepulauan Orkney, Skotlandia.
Sebelumnya, pendaki gunung legendaris Chris Bonnington menjadi orang yang pertama melakukan hal yang sama yaitu tahun 1966.
Dufton didampingi tunangannya, Molly Thompson selama tujuh jam perjalanan hingga ke rute East Face yang sangat sulit. Ia menjadi pemimpin perjalanan, meski dalam keadaan buta.
"... Saya menikmati pendakian saya sendiri. Ini adalah pendakian tersulit yang pernah saya lakukan," katanya.
Advertisement
Pasangan ini menskalakan rute East Face yang merupakan jalur pertama kali dinaiki oleh pendaki gunung legendaris. Mereka juga memetakan beberapa jalur yang juga telah ditandai pendaki tuna netra lainnya. Mereka terinspirasi dari pasangan yang sudah taklukan tebing curam tersebut.
Karena cuaca tidak mendukung, pasangan ini sempat putus asa dan merencanakan untuk turun kembali. Tetapi cuaca kembali berubah dan mereka bertekad melanjutkan perjalanan.
Perjalanan sepanjang 300 meter memakan waktu sekitar satu setengah jam. Mereka hanya bisa mendaki sampai jam 15.00 sore, karena jumlah cahaya yang mulai berkurang.
Pendakian ini menandai puncak dari proyek perfilman bersama antara ia dan sutradara Alastair Lee, pembuat film tentang pendaki buta yang merupakan bagian dari Brit Rock Film Tour 2019.
Untuk proses pembuatan film, Alastair naik mendahului Dufton dan dibantu dengan kamera pendukung yaitu drone.
Alastair merasa bangga dengan Dufton yang gigih berjuang untuk menaklukan tebing supertinggi tersebut.
"Saya belum pernah melihatnya seperti itu, menahan diri dalam posisi berat, pasti tidak aman, tetapi ia gigih berjuang dan betapa hebatnya pendakian tersebut," ujar sutradara Alastair Lee.
Dia berharap kesuksesannya akan menginspirasi orangtua, bahwa anak-anak dengan disabilitas tidak perlu dimanjakan.
"Saya ingin memberitahu orangtua bahwa anak-anak dengan disabilitas harus menghadapi tantangan dan mengambil resiko, jika tidak itu akan merugikan mereka dalam jangka waktu yang panjang. Semua orang harus berani mencoba," pungkasnya
Menderita Kebutaan Sejak Dini
Melansir CNN, Dufton menderita rod-cone dystrophy, suatu kondisi genetik yang menyebabkan kerusakan area sensitif cahaya di mata. Selain itu, ia juga menderita astigmatise dan katarak.
Ia dilahirkan dengan kondisi penglihatan sekitar 20%, namun kondisinya memburuk sejak usia dini. Hingga kini usia 33 tahun, akhirnya ia mengalami kebutaan.
"Aku tidak bisa lagi membedakan apa-apa, aku tidak bisa melihat wajahku sendiri dan juga anggota tubuh yang lain," katanya.
Ayahnya mengajarkan untuk mendaki ketika ia berusia dua tahun, meski kondisinya tak memungkinkan. Hingga kini mendaki adalah fokus olahraga yang ia tekuni.
Dufton telah melakukan perjalanan di seluruh dunia, mulai dari eskpedisi yang dilakukan sendiri selama sebulan ke pendakian Chamonix, panjat olahraga Yunani dan Spanyol tahun 2017, hingga terpilih menjadi tim Paraclimbing Inggris.
Ia mengatakan bahwa pendakian di Greenland lebih mudah dari pada The Old Man of Hoy tersebut.
Advertisement
Banyak Impian
Bagi pendaki, mata adalah salah satu alat terpenting bagi mereka, karena menentukan dengan tepat di mana meletakkan kaki dan tangan. Untuk mengatasi masalah itu, Dufton dipandu oleh Molly melalui perintah suara yang diberikan melalui headset.
Pasangan ini telah mendaki bersama sejak tahun 2004, dan berlatih mengasah keterampilan. Bahkan sudah 1.300 rute mereka tempuh.
"Membimbing untuk melihat tentu bukan hal yang mudah, beberapa orang bisa dan ada juga yang tidak. Namun Molly punya praktik." katanya.
Pendakian gunung es di Norwegia dan pegunungan di Monument Valley, Utah adalah daftar pendakian selanjutnya yang akan dilakukan Dufton.
Reporter : Yuliasna
Baca Juga
Kisah Haru Mbah Wasiran Muadzin Tunanetra di Panggang Gunungkidul, Siapa Mau Bantu?
British Council Indonesia Dukung Tac_Tiles, Produk Inklusif Bagi Tunanetra dari Campuran Limbah Puntung Rokok-Plastik
Museum Nasional Rayakan Hari Disabilitas Internasional, Gelar Pekan Inklusivitas dengan Kuota Peserta Terbatas