Sampah Plastik Jadi Berkah di Desa Cinta

Kampanye pengelolaan lingkungan di ring satu PGE Area Karaha, mulai membuahkan hasil, warga menjadi terbiasa hidup bersih dan mampu mengoptimalkan lahan yang ada.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 08 Des 2019, 12:00 WIB
Dimpimpin GM Area Karaha yang baru Roy, nampak salah satu warga binaan PGE area Karaha, tengah menerima bingkisan buku bacaan untuk masyarakat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Bagi warga Kampung Nangewer, Desa Cinta, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang berada di ring satu PGE Karaha, sampah plastik terutama bungkus kopi adalah berkah.

“Tikar, topi, kantong (tas jinjing), pas bunga, tempat buku ini, seluruhnya dari bungkus kopi pak,” ujar Aas Waspiah, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri, membuka obrolan dengan jajaran manajerial PGE Area Karaha, Jumat (6/12/2019).

Menggunakan pakaian kerudung hitam serta dandanan alakadarnya, Aas nampak telaten menjelasakan program daur ulang sampah yang ia kerjakan bersama warga lainnya di sekitar kampung yang berada di ring satu PGE Karaha tersebut.

“Produk kami sudah ada yang pesan pak, tapi belum banyak,” ujarnya.

Menurutnya, upaya daur ulang sampah plastik menjadi barang jadi, sudah berlangsung lama. Namun sejak dua tahun terakhir, program itu mendapat perhatian Pertamina. “Kami mendapatkan pembinaan dan pemberdayaan,” kata dia.

Perusahaan energi kebanggan negeri itu kata dia, menaruh harapan besar dengan program daur ulang sampah, yang sejalan dengan program jangka panjang Pertamina.

“Saya sekarang hanya motor penggeraknya, pengelolaan dilakukan langsung masyarakat,” ujar dia.

Area Manager PGE Karaha, Mawardi Agani menyatakan, melihat keseriusan Aas dan rekan dalam mendaur ulang sampah plastik menjadi produk berdaya guna, lembaganya siap memfasilitasi produk mereka di pasaran. 

Simak video pilihan berikut ini:


Saung Cinta Lembur Kuring

Di atas hamparan perbukitan warga desa Cinta, nampak dengan asri sebuah bangunan Saung Cinta Lembur Kuring berdiri dengan gagah, hasil swadaya warga dengan bantuan CSR Pertamina PGE Area Karaha (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

“Nanti bisa dijual juga di Pertamina kan banyak binaan kami juga,” kata dia.

Tidak hanya itu, banyaknya produk yang dihasilkan, mendukung Aas untuk dijadikan sebagai tokoh Local Hero Pertamina dari Kabupaten Garut. “Perjuangannya tidak sia-sia bisa menjadi inspirasi yang lain,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, setelah melakukan bersih-bersih jalan desa, sekitar 150 pegawai PGE Karaha dan warga Cinta, kemudian meresmikan penggunaan ‘Saung Cinta Lembur Kuring’.

Banguna dua lantai semi permanen ini difungsikan sebagai bale warga yang khusus dibangun Pertamina. “Saung ini multi fungsi silahkan pergunakan bagi warga,” kata dia.

Selain digunakan sebagai tempat pemilahan dan pengolahan sampah yang telah dikumpulkan warga, juga bisa digunakan sebagai tempat sharing pengetahuan, taman bacaan, area bermain hingga tempat pengajian warga.

“Kami sediakan juga perpusatakaan mini di dalamnya,” ujar dia.

Dalam dua tahun terakhir, warga desa Cinta terbiasa mengolah sampah. Untuk sampah organik didaur ulang menjadi pupuk dalam penghijauan, sementara  anorganik diolah menjadi bahan tepat guna.

“Untuk jenis botol plastik kemasan, kaleng makanan, kardus dan sejenisnya yang bernilai ekonomis dikumpulkan dan dijual kepada pengepul sampah,” kata dia.

 


Penghijauan Lingkungan

Menggunakan peralatan seadanya, nampak deretan polibag telah ditanamani tanaman pertanian daun bawang di salah satu pekarangan rumah warga desa Cinta, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sedangkan sampah anorganik lainnya seperti kemasan kopi sachet, kantong kresek didaur ulang menjadi produk tas, tikar, pas bunga dan lainnya. “Produk kami sudah dipamerkan di ajang nasional,” ujar Aas menegaskan.

Mawardi menyatakan, sejak pertama kali beroperasi 2017 lalu, perusahaanya terus melakukan inovasi termasuk pola pemberdayaan yang tepat bagi masyarakat yang berada di ring satu perusahaan.

“Kalau di Kamojang ada bu Yanti, di Karaha ini ada bu Aas, semoga beliau ini bisa menjadi pelopor program pemberdayaan perusahaan kami,” ujar dia bangga.

Juru Bicara PGE Area Karaha Asmaul Husna menambahkan, selain daur ulang sampah menjadi produk berdaya guna, warga sekitar Desa Cinta terbiasa melakukan penghijauan lingkungan sekitar.

“Mereka biasa memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman pangan yang bernilai ekonomis seperti daun bawang dan cabe rawit,” ujarnya.

Mereka secara gotong royong melakukan penyemaian bibit, termasuk penanaman bibit tanaman di pekarangan rumahnya. “Hasil panen juga akan diperoleh secara bersamaan,” kata dia.

Untuk menghasilkan keuntungan yang optimal, para warga kemudian menjual hasil tanaman dan membaginya kepada mereka, sesuai porsi bibit dan luasan lahan yang ditanam.


Bersih-Bersih Desa

Sekitar 150 warga desa Cinta serta Manajerial Area PGE Karaha, tengah melakukan bebersih desa Cinta, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

“Kadang mereka pun membagikan bibitnya bagi warga lainnya di kampung tetangga, agar juga dapat menerapkan kegiatan sejenis,” ujar dia.

Sebagai rangkaian kegiatan memperingati ulang tahun PGE ke-13 dan PT Pertamina yang ke-63, Pertamina terus memberi pelayanan bagi masyarakat. Mengusung tema ulang tahun ‘Geothermal Beyond Energy’, PGE Are Karaha melakukan aksi #AkuPeduliBumi yang digelar sejak awal November 2019 lalu.

“Salah satu aksi nyatanya yakni aksi bebersih desa di lima desa ring satu PGE di Garut-Tasikmalaya,” ujar Mawardi.

Dalam kegiatan itu, masyarakat diajak membersihkan lingkungan masing-masing dengan cara memungut sampah botol plastik, puntung rokok, kemasan makanan, dan laina.

“Kami juga mengajak warga untuk mulai melakukan pemilahan sampah, mana yang dapat didaur ulang dan mana yang kemudian dapat diolah menjadi pupuk,” papar dia.

Selain aksi bebersih desa, perusahaan ujar dia, memberikan edukasi  mengenai persoalan sampah dan pengelolaannya, booth activity hingga aksi teatrikal yang dipusatkan di area kampus Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.


Butuh Sentuhan Inovasi

Menggunakan alas tikar dari bungkus kopi, nampak manajerial PGE are Karaha menikmati diskusi ramah dengan warga di Saung Cinta Lembur Kuring Desa Cinta, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Aas mengaku, meskipun bahan baku bungkus kopi cukup melimpah, namun dibutuhkan sentuhan inovasi teknologi agar produk yang ia hasilkan, mampu bersaing di pasaran.

“Misalnya restelting tas yang bagus, kemudian packaging yang menarik,” kata dia.

Saat ini pangsa pasar produk berkualitas daur ulang cukup luas, namun hal itu perlu ditopang dengan peningkatan kualitas yang dihasilkan.

“Makanya kami terus berinovasi bagaimana agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas,” ujar dia.

Dengan upaya itu, maka produk handmade dukungan CRS PGE Area Karaha, bakal mampu bersaing di pasaran. Selain produknya terbilang unik, juga bisa dijadikan sebagai kampanye kesadaran lingkungan.

“Secara tidak langsung, semakin banyak yang menggunakan, diharapkan semakin tinggi kesadaran masyarakat mengelola lingkungan,” kata dia.

Ia mencontohkan, produk fashion PKBM An-Nur Ibun, Bandung yang merupakan binaan Pertamina PGE Area Kamojang, mampu bersaing di pasaran dengan adanya sentuhan teknologi.

“Jika sudah ditemukan cara yang tepat (Inovasi) saya yakin produk kami bakal sangat laku di pasaran,” kata dia.

Hal itu diperkuat dengan respon positif dari warga, saat mengikuti ragam kegiatan pameran produk UKM dan handmade.

“Pengunjung terkejut, ternyata bungkus kopi pun kalau diolah bisa menjadi produk yang berkualitas,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya