Liputan6.com, Bengkulu - Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Rabu pagi (4/12/2019) lalu menemukan empat ekor penyu mati di sekitar pantai area pembuangan limbah bahang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bengkulu.
Kasus kematian penyu ini bukan pertama yang pertama sejak PLTU Batu Bara Teluk Sepang beroperasi di lokasi itu. Dari laporan masyarakat sebelumnya, empat ekor penyu juga ditemukan mati di lokasi tersebut sehingga saat ini total delapan penyu mati.
Kematian penyu yang terjadi beruntun itu pun memicu spekulasi. Banyak dugaan mengarah ke limbah PLTU sebagai biang keladi.
Tetapi, pihak PLTU Bengkulu membantah kematian penyu dan ikan disebabkan limbah PLTU. Health, Safety, and Environment (HSE) Enginer PT Tenaga Listrik Bengkulu, Zulhelmi Burhan yakin kematian penyu dan ikan itu bukan akibat aktivitas PLTU.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan berdasarkan hasil laboratorium yang telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu pada 21 November 2019 menunjukkan outlet air di saluran pembuangan masih memenuhi baku mutu air dengan parameter ph 8,32, suhu air 35?, dan Dhl 13,5 ms.
Tidak hanya dari hasil laboratorium yang disampaikan oleh Dinas LHK Provinsi Bengkulu, bahkan pihak PLTU juga rutin menguji air bahang di saluran pembuangan. Terbukti tidak ada senyawa kimia berbahaya yang dibuang di saluran pembuangan air bahang.
"Kalau memang saluran pembuangan air tidak mengandung zat berbahaya dan mematikan, kalau mematikan tidak mungkin ikan-ikan kecil hidup di area pembuangan air bahang," kata Zul.
Ia mengaku, pihaknya tidak dapat berkomentar lebih terkait matinya penyu dan ikan yang ditemukan di area PLTU. Untuk saat ini pihaknya masih menunggu hasil laboratorium yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu. Meski begitu, Ia meyakini kematian penyu dan ikan tersebut bukan akibat dari aktivitas operasi PLTU.
Simak video pilihan berikut ini:
Dugaan Warga Perihal kematian Penyu
"Untuk saat ini kita tunggu saja hasil lab dari BKSDA Provinsi Bengkulu, tapi kami yakin itu bukan disebabkan oleh PLTU," katanya.
Sementara itu, Warga RT 14 Kelurahan Teluk Sepang Kota Bengkulu, Gimin mengaku, aktivitas operasi PLTU diyakininya tidak berdampak buruk ke masyarakat dan lingkungan sekitar. Bahkan semenjak beroperasi belum ditemukan satupun warga Teluk Sepang yang mengalami permasalahan kesehatan.
"Sejauh ini tidak ada mas, kalau ada itu mungkin bukan gara-gara PLTU tapi karena biasa kerja di Stockpile Batubara di sekitar sini," dia menuturkan.
Menanggapi kematian sejumlah Penyu dan Ikan di sekitar area pembuangan air bahang milik PLTU, Gimin mengaku sudah sejak 2005 lalu dirinya selalu menemukan penyu dan ikan yang mati di Pantai Teluk Sepang. Kematian tersebut kemungkinan disebabkan akibat aktivitas nelayan yang memasang jaring panjang di tengah laut.
"Penyu dan ikan mati karena terkena jaring nelayan, setelah mati kemudian terdampar ke daratan, selain itu penyu juga bisa mati karena tidak bisa membalikkan tubuhnya akibat gelombang pantai yang tinggi," kata Gimin.
Tidak hanya itu, Gimin menilai, jika penyu dan ikan mati akibat aktivitas PLTU, maka harusnya tidak hanya penyu dan ikan saja yang ditemukan di sana. Terlebih, ikan yang banyak ditemukan tak hanya berukuran kecil. Ikan besar pun banyak ditemui.
Bahkan dia menilai, penyu dan ikan ini adalah akibat ada orang yang tidak senang dengan PLTU Bengkulu. Sehingga dengan sengaja membuang bangkai penyu dan ikan disana.
"Ini pasti ada orang yang mencoba memfitnah PLTU, kalau memang pembuangan air bahang PLTU mematikan tidak mungkin ikan banyak disekitar area itu," dia mengungkapkan.
Nyaris senada dengan Gimin, warga Teluk Sepang Kota Bengkulu lainnya, Nurhayati mengatakan, kematian penyu dan ikan memang disengaja dan direkayasa oleh oknum yang tidak senang dengan keberadaan PLTU Bengkulu. Kemungkinan penyu memang sengaja dibunuh dan ikan memang sengaja diadakan dan dibeli dari sejumlah nelayan.
"Kami yakin memang ada tukang Fitnah, soalnya banyak orang sering berkeliaran ke sana bawa karung dan tidak tau apa isinya. Kalau boleh saran disana memang harus dipasang kamera CCTV biar tau siapa yang membuang bangkai tersebut," kata Nurhayati.
Advertisement