Sempat Ditunda, AS Kembali Lakukan Diskusi Perdamaian dengan Taliban

Setelah sempat menyetop prosesnya, AS kembali melakukan diskusi perdamaian dengan pihak Taliban.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Des 2019, 07:02 WIB
Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin tertinggi kelompok Taliban (kiri kedua) tiba dengan anggota delegasi Taliban lainnya untuk mengadakan pembicaraan di Moskow, Rusia. (Foto: AP / Alexander Zemlianichenko)

Liputan6.com, Doha - Amerika Serikat dan Taliban memulai kembali perundingan perdamaian pada Sabtu 7 Desember, tiga bulan setelah Presiden AS Donald Trump secara tiba-tiba menyetop proses yang telah berjalan setahun.

Dilansir dari VOA Indonesia, Minggu (8/12/2019), perundingan tersebut bertujuan untuk mencari kesepakatan politik dengan kelompok pemberontak itu dan mengakhiri perang di Afghanistan.

Utusan khusus rekonsiliasi AS kelahiran Afghanistan, Zalmay Khalilzad, memimpin timnya dalam pertemuan di Doha, Ibu Kota Qatar.

Tempat tersebut adalah tempat di mana para perunding Taliban berbasis.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Isu Sempat Terhenti Sebelumnya

Pasukan Komando Elite Afghanistan memerangi Taliban. (AFP)

"AS kembali menghadiri perundingan di Doha hari ini. Fokus diskusi adalah pengurangan kekerasan yang berujung pada berbagai negosiasi di dalam Afghanistan dan sebuah gencatan senjata," kata sumber AS itu.

Seorang juru bicara Taliban mencuit usai pertemuan itu bahwa kedua pihak akan bertemu lagi pada Minggu 8 Desember untuk melanjutkan diskusi.

"Perundingan dimulai dengan membahas isu yang sempat terhenti. Kami membahas penandatanganan perjanjian dan berbagai urusan terkait," kata Suhail Shaheen. Ia tidak merincikan lebih lanjut. 

Qatar menjadi tuan rumah bagi dialog AS-Taliban sebelum dihentikan oleh Trump pada 7 September sebagai balasan atas serangan pemberontak di ibukota Afghanistan, Kabul, yang menewaskan seorang prajurit Amerika.


Kemungkinan Perjanjian

Tentara Afghanistan dalam perang melawan Taliban (AP/Rahmat Gaul)

Hambatan dalam pembicaraan itu telah mencapai tahap yang krusial, ketika kedua belah pihak diyakini telah hampir mencapai kesepakatan yang bisa mengatur fase untuk penarikan bertahap AS dan pasukan sekutu dari Afghanistan.

Sebagai imbalannya, kesepakatan itu akan menguraikan jaminan kontraterorisme Taliban di daerah-daerah Afghanistan yang dikuasai gerilyawan. Hal itu jugua memberikan jaminan bahwa pemberontak akan segera terlibat dalam negosiasi intra-Afghanistan untuk secara permanen mengakhiri masa permusuhan di negara itu.

Taliban mengatakan para pejuangnya juga akan mengamati gencatan senjata dengan pasukan asing di daerah penarikan pasukan. Namun, Taliban bersikeras hal-hal yang terkait dengan penghentian permusuhan dengan pasukan keamanan Afghanistan hanya akan menjadi agenda ketika negosiasi Taliban-Afghanistan diluncurkan. Gerilyawan enggan untuk mengamati gencatan senjata nasional, pihak mereka khawatir hal itu akan mengganggu kekuatan militer mereka.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya