Liputan6.com, Jakarta - SVP Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia, Ryan Kiryanto, menjelaskan [utang](https://www.liputan6.com/bisnis/read/4063766/naik-10-persen-utang-luar-negeri-indonesia-jadi-rp-5542-triliun?source=search "") Indonesia yang mencapai Rp 5.000 triliun kerap dianggap negatif. Padahal, menurutnya, nilai tersebut masih jauh dari kata bahaya.
"Masyarakat kerap khawatir karena melihat nilai utang yang mencapai Rp 5.000 triliun dan dianggap berbahaya, ini yang salah persepsinya," ujarnya saat ditemui di Labuan Bajo, Senin (9/12).
Ryan menjelaskan batas rasio utang yang diizinkan ialah sebesar 60 persen dari produk domestik bruto (PDB), di mana posisi Indonesia saat ini baru sekitar 29 persen.
"Rasio utang asing 29 persen masih bagus. Karena threshold-nya 60 persen," imbuhnya.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengakui, jika dilihat secara nilai, memang angka Rp 5.000 triliun terlihat besar. Namun, jika dibedah lebih dalam, dalam utang itu memiliki tenor variatif, mulai 5 tahun bahkan sampai 30 tahun.
"Apalagi revenuenya salah satunya dari perusahaan-perusahaan dalam ekonomi kita mencapai Rp 15.000 T. Apalagi Bank Indonesia ngawal terus. Maka no worries," tuturnya.
Ryan menambahkan surat utang Indonesia juga sebenarnya masih dominan dipegang oleh domestik. Di mana, surat utang sebagian komposisinya dipegang oleh perbankan.
Bukan oleh asing seperti yang saat ini lebih ramai diketahui oleh masyarakat. "Yang memegang surat utang Indonesia masih domestik, sebagian darinya perbankan buku III dan IV," tutur dia.
Reporter: Harwanto Bimo Pratomo
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak Datang dari Utang
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah tengah berupaya menarik investasi untuk datang ke Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan sehat.
Meski demikian, dia menegaskan, sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak ditopang oleh utang.
"Jadi nantinya sebagian besar pertumbuhan ekonomi kami, tidak datang dari pinjaman atau utang, tapi lebih dari privat sektor. Sama baiknya dengan atau sejalan dengan datangnya modal, itulah mengapa prioritas kami untuk meningkatkan atau menjaga iklim investasi menjadi hal yang utama," ujarnya di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (26/11).
Sri Mulyani mengatakan, Presiden Jokowi memiliki cita-cita menjadikan Indonesia menjadi negara kaya dan maju.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tercapai walau ekonomi global melambat. Investasi menjadi fokus utama pemerintah agar cita-cita tersebut tercapai.
"Presiden Jokowi sangat memiliki ambisi untuk mentransformasikan Indonesia, untuk membuat Indonesia terus maju, kaya dan berkelanjutan (dari sisi ekonomi)," jelas Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tesebut menambahkan, untuk menarik lebih banyak investasi, pemerintah telah melakukan berbagai terobosan, terutama pembangunan infrastruktur yang masif pada awal 5 tahun pemerintahan pertama.
"Lewat perbaikan iklim investasi ini kami berharap bisa menyediakan ruang bagi banyak investor untuk datang ke Indonesia, baik domestik maupun asing, untuk membangun ekonomi bersama kami," tandas Sri Mulyani.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement