Perang Dagang Berlanjut Bikin Ekspor China Menurun

Sebagai dampak dari perang dagang yang terus berlanjut antara pihak China dan AS, ekspor China pun menurun.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Des 2019, 10:33 WIB
Aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Koja, Jakarta, Rabu (18/9/2019). Ekspor utama Indonesia masih didominasi oleh China, Amerika Serikat, dan Jepang. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Beijing - Pada November 2019, ekspor China mengalami penurunan drastis. Hal ini disebabkan oleh pengiriman lambat yang dilakukan oleh AS. Tak perlu diragukan, ini merupakan suatu dampak dari adanya perang dagang antara kedua negara. 

China yang merupakan negara dengan ekspor tertinggi kedua di dunia, mengalami penurunan hingga 1,1%. Ini merupakan kali keempat penurunan secara berturut-turut. 

Sedangkan bagi Amerika Serikat, ekspornya mengalami penurunan hingga 23%. Angka tersebut menjadi yang terburuk sejak Februari dan merupakan kali ke-12 secara berturut-turut. 

Dikutip dari BBC, Senin (9/12/2019), babak selanjutnya bagi tarif AS untuk barang-barang China akan jatuh tempo pada pekan depan. Hal itu juga jadi salah satu bagian perang dagang yang sedang berlangsung. 

Penasehat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow mengatakan bahwa batas waktu yang diberikan hingga 15 Desember. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Negosiasi Antar Negara

Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Pihak China dan AS saat ini sedang mengadakan perundingan potensial yang bertujuan untuk meningkatkan sengketa perdagangan mereka. Namun, hingga kini kesepakatan masih belum berhasil dicapai. 

Seorang ekonom mengatakan bahwa bahkan jika  negosiasi yang bertujuan untuk menghindari tugas-tugas Amerika yang baru berhasil, banyak pembeli AS akan sudah menemukan pemasok alternatif.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pembicaraan perdagangan "terus berlangsung".

Tetapi, China mengatakan tarif yang ada harus dihapuskan sebagai bagian dari kesepakatan sementara.

Perang dagang selama 17 bulan terakhir telah meningkatkan risiko resesi global.

Pembuat kebijakan China mungkin mencari lebih banyak lagi langkah-langkah stimulus, setelah pertumbuhan ekonomi mendingin mendekati posisi terendah selama 30 tahun.

Sementara itu, impor China secara tak terduga naik 0,3% pada November dari tahun sebelumnya, menandai pertumbuhan tahun-ke-tahun pertama sejak April.

Surplus perdagangan China dengan negara-negara lain di dunia juga turun, tetapi masih lebih dari $ 38 miliar untuk bulan ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya