Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memberikan promo harga avtur berupa diskon sebesar 20 persen. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendukung kelancaran transportasi udara selama masa Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru).
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, diskon tersebut berlaku mulai tanggal 9 Desember 2019 hingga 31 Januari 2020 di beberapa bandara di wilayah Timur Indonesia.
"Kami memberikan diskon harga avtur dengan harapan bisa membantu kelancaran transportasi untuk masyarakat sekaligus mendukung sektor transportasi udara di Indonesia," katanya," kata Fajriyah, di Jakarta, Senin (9/12/2019).
Baca Juga
Advertisement
Secara lebih spesifik bandara yang diberikan diskon avtur merupakan bandara-bandara transit untuk penerbangan terusan ke daerah yang lebih terpencil lagi, seperti Manado, Ambon, Kupang, dan beberapa bandara transit lainnya.
Pemilihan bandara-bandara tersebut berdasarkan pada data peningkatan kebutuhan avtur yang cukup tinggi selama masa liburan Nataru. Rata-rata kenaikan konsumsi avtur di bandara tersebut mencapai lebih dari 20 persen.
"Pada periode ini memang banyak masyarakat yang berpergian baik untuk merayakan Natal dan Tahun Baru ataupun Liburan. Apalagi juga bertepatan dengan masa liburan anak sekolah," tabahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Layani Avtur di 68 Titik
Seperti diketahui, Pertamina melayani pengisian avtur untuk penerbangan di 68 titik bandara Indonesia, termasuk di wilayah timur maupun bandara perintis.
Dengan kehandalan infrastruktur distribusi kami yang tersebar, Pertamina bisa melayani pengisian avtur bahkan untuk bandara yang berada di lokasi yang sulit terjangkau.
"Ini adalah bukti komitmen kami untuk melayani masyarakat Indonesia," tandasnya.
Advertisement
Pengamat: Penjualan Avtur oleh Swasta Picu Impor BBM
Pemerintah diminta kembali untuk mempertimbangkan rencana penjualan avtur oleh pihak swasta. Pasalnya, penjualan avtur oleh pihak swasta dikhawatirkan akan memicu peningkatan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Hal ini tentunya tidak sejalan dengan upaya pemerintah membenahi defisit neraca berjalan dan defisit neraca perdagangan.
Pengamat Energi Sofyano Zakaria mengatakan, badan usaha swasta yang berjualan avtur belum memiliki fasilitas produksi di dalam negeri, dengan begitu avtur yang dijual di Indonesia harus diimpor.
"Sebagai pemain baru avtur, maka pemain baru sangat bisa dipastikan akan impor avtur," kata Sofyano, di Jakarta, Jumat (6/12/2019).
Menurut Sofyano, jikan badan usaha swasta dibiarkan mengimpor avtur, maka tidak sejalan dengan upaya pemerintah membenahi defisit neraca berjalan dan neraca berjalan. Pasalnya, defisit nerca migas akan semakin membesar.
"Ini bertentangan dengan program pemerintah yang ini mengurangi defisit migas," ujarnya.
Pemerintah seharusnya mewajibkan badan usaha swasta yang ingin menjual avtur di Indonesia membangun fasilitas produksi di dalam negeri, selain itu juga mewajibkan menjual avtur di bandara yang terletak di wilayah terpencil.
"Pemerintah harus tegas menolak pemain baru avtur, jika tak bisa produksi avtur didalam negeri dan mewajibkan juga untuk memiliki sarana dan fasilitas avtur," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyataan, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor avtur guna memenuhi kebutuhan transportasi udara di dalam negeri. Bahkan dengan modernisasi kilang Cilacap, avtur Pertamina sudah ekspor.
"Mulai Maret 2019 kami sudah tidak impor solar dan avtur, khusus avtur Juni 2019 kami sudah ekspor, kita sudah mandiri kita tidak impor, kita sudah upgrade kilang Cilacap sehingga menghasilkan lebih banyak," tandasnya.