Demo Reformasi Pensiun Terus Berlanjut, Turis Diimbau Jauhi Menara Eiffel

Masyarakat Prancis masih tergabung dalam aksi demonstrasi terkait reformasi pensiun yang digagas presiden. Hal itu membuat turis diminta menjauhi Menara Eiffel.

Oleh DW.com diperbarui 09 Des 2019, 17:32 WIB
Foto udara dari lukisan raksasa "Beyond Walls" karya seniman jalanan Prancis, Saype, yang terbentang di halaman Champs de Mars, depan Menara Eiffel di Paris, 13 Juni 2019. Karya berukuran 600 meter itu bentuk dukungan kepada organisasi amal penyelamat migran, SOS Mediterranee. (Eric FEFERBERG/AFP)

Liputan6.com, Paris - Jutaan pekerja transportasi, guru dan polisi menggelar mogok massal yang melumpuhkan Paris dan kota-kota besar lain di Prancis. Mereka menentang reformasi sistem pensiun yang dicanangkan Presiden Emmanuel Macron.

Pemogokan massal kembali melumpuhkan Prancis hari Kamis (05/12). Serikat pekerja menyerukan aksi mogok menentang kebijakan Presiden Emmanuel Macron yang bermaksud untuk mereformasi sistem pensiun.

Pemerintah Prancis mengantisipasi kemungkinan aksi mogok dimanfaatkan kelompok garis keras untuk memancing kerusuhan dan bentrokan dengan polisi.

Dikutip dari DW Indonesia, Senin (9/12/2019), penjagaan keamanan di kota-kota besar ditingkatkan.

Di ibukota Paris lebih 5000 aparat keamanan dikerahkan mengantisipasi berbagai kemungkinan.

Sebagian besar transportasi umum dengan bus, kereta api dan penerbangan telah dibatalkan. Sekolah-sekolah ditutup karena kebanyakan tenaga pengajar ikut serta dalam aksi mogok. Rumah-rumah sakit beroperasi dengan staf terbatas untuk ruang gawat darurat. Tenaga kesehatan dan dokter juga berpartisipasi dalam mogok masal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kemungkinan Berlangsung Beberapa Hari

Demonstrasi di Prancis. (Source: AFP/ C. Mahoud)

Serikat-serikat  pekerja merencanakan dua aksi pawai besar di Paris, yang kemudian akan bergabung di lapangan Place de la Nation.

Kantor-kantor dan biro pariwisata memperingatkan para turis mancanegara  untuk menjauh dari Menara Eiffel.

Media Prancis mengatakan pemogokan itu bisa berlangsung selama beberapa hari.

Aksi mogok massal besar yang pernah digelar tahun 1995 melumpuhkan Prancis selama berminggu-minggu.

Pemerintahan saat itu akhirnya membatalkan agenda kebijakan yang menyulut protes.

Presiden Emmanuel Macron berencana mereformasi sistem pensiun karena  terlalu mahal dan dinilainya "tidak adil". Saat ini memang ada bermacam-macam sistem pensiun di Prancis. Usia masuk pensiun bervariasi dari 55 tahun sampai 62 tahun.

Presiden Macron ingin sistem pensiun yang "universal", yang merupakan salah satu janji utamanya dalam kampanye.

Namun serikat pekerja mengatakan, reformasi yang diusulkan akan memaksa jutaan pekerja di sektor swasta untuk bekerja lebih lama di atas 62 tahun sampai bisa menerima pensiun penuh.

"Momen kebenaran bagi Macron," tulis harian Le Monde dalam edisi hari Kamis (5/12). "Hari-hari berikutnya adalah ujian yang menentukan bagi kepala negara."

Emmanuel Macron yang ingin mencalonkan diri lagi sebagai presiden sedang menyiapkan berbagai langkah reformasi. Reformasi sistem pensiun hanyalah salah satu isu kontroversial di samping berbagai agebnda kebijakan yang lebih sulit  yang akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang.

Beberapa bulan lalu, gerakan protes "rompi kuning" yang kadang-kadang berubah menjadi kekerasan sempat menggoyang Prancis selama beberapa minggu dan berkembang menjadi gerakan anti pemerintah. Kebijakan pemerintahan Emmanuel Macron sering dipandang "pro orang kaya".

Portal berita terbesar Prancis Mediapart menulis: "Hari besar pertama mobilisasi menentang reformasi pensiun sangat krusial, bagi pemerintah maupun serikat pekerja. Akankah demonstrasi dan pemogokan cukup kuat untuk meredam lajunya reformasi? Semua orang menahan napas."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya