Berolahraga Sambil Lestarikan Penyu, Begini Caranya

Ajang ini menjadi cara untuk mempublikasikan kepada masyarakat luas akan pentingnya melindungi habitat penyu.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 09 Des 2019, 19:01 WIB
Tukik berjalan menuju laut saat dilepas di Pantai Pangumbahan, Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat (27/10). Pelepasan dilakukan setiap penetasan tukik di tempat penangkaran Penyu hijau yang dikelolola DKPP Pemprov Jawa Barat. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 300 anggota komunitas kesehatan dan kebugaran dari pelbagai penjuru kota Jakarta mendukung keberadaan ekosistem penyu sambil berolahraga bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta, Sabtu (7/12/2019).

Acara yang dikemas dalam acara Fit Festival for Sea Turtle ini diselenggarakan oleh House of Metamorfit (HOM) bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), serta didukung oleh Pasar Seni Ancol, JNE express, dan Tukangsayur.com. Acara ini mengajak para peserta berolahraga bersama di alam terbuka yang akan terbagi ke dalam 5 sesi kelas yaitu Salsation, Pound Fit, Strong by Zumba, Zumba dan Aerobic yang dipandu oleh instruktur dari HOM.

Ajang ini menjadi cara untuk mempublikasikan kepada masyarakat luas akan pentingnya melindungi habitat penyu. Di antaranya dengan membenahi tata ruang yang tumpang tindih antara pemanfaatan kawasan pesisir dan pembangunan pantai, kebutuhan permukiman, budidaya, serta aktivitas manusia lainnya.

 

 


Selanjutnya

Doc: Istimewa

Kehilangan habitat adalah salah satu ancaman paling serius bagi kelangsungan hidup penyu. Sebagian dari pembelian tiket kegiatan digunakan untuk mendukung konservasi penyu yang dilakukan oleh YKAN.

“Setiap orang dapat menjadi “penjaga” alam dan berkontribusi terhadap keberlangsungan ekosistemnya. Dengan mengajak berolahraga di alam terbuka seperti ini, peserta akan mendapatkan tubuh bugar dengan cara-cara yang menyenangkan di pantai dan dapat terinspirasi untuk ikut menjaga alam, khususnya konservasi penyu,” ungkap Tasori Ithink dari House of Metamorfit.

Enam dari tujuh spesies penyu yang tersisa di dunia, ada di Indonesia. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), 6 spesies kini dalam kategori rentan, terancam punah, hingga sangat terancam punah. Penangkapan penyu, perdagangan cangkang dan telur penyu, adalah beberapa penyebab terancamnya satwa ini.

 

 


Selanjutnya

Doc: Istimewa

Pembangunan yang tidak terkendali juga menyebabkan rusaknya pantai-pantai yang penting bagi penyu untuk bertelur. Demikian juga habitat tempat penyu mencari makan seperti terumbu karang dan hamparan lamun laut terus mengalami kerusakan akibat sedimentasi maupun kegiatan manusia.

“Ancaman terhadap kelangsungan penyu ada dalam setiap siklus hidupnya, dimulai dari saat betina dewasa hendak bertelur hingga perkembangbiakan tukik atau anak penyu, dan kehidupan selanjutnya dalam fase remaja ke dewasa di perairan bebas. Yang paling memungkinkan bagi kita lakukan adalah mengadakan tempat yang aman bagi betina yang hendak bertelur yaitu pantai yang sepi, jauh dari kebisingan dan cahaya, serta mengelola sampah kita dengan benar.

Khususnya sampah plastik, sehingga tidak berakhir di laut yang merupakan ancaman lain bagi penyu selain dimakan, juga terjerat dan mengakibatkan kematian,” ungkap Sally Kailola, Head of Nature and People Partnership Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang mengisi sesi Conservation Talk di ajang ini.

Perencanaan laut yang baik menyelaraskan kebutuhan ekonomi dengan tetap menjaga kelestariannya. Melestarikan alam dan segala makhluk hidup yang ada di dalamnya pun selaiknya menjadi misi setiap insan di muka bumi. Kolaborasi dari berbagai pihak akan membuat bumi ini tetap bisa dinikmati oleh generasi nanti. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya