Liputan6.com, Jakarta - Penggemar apel malang pasti menyadari bila warna kulit buah tersebut kebanyakan hijau. Warna tersebut tidak akan berubah merah seperti apel impor dari luar negeri.
Menurut Todd Fryhover, Presiden Komisi Apel Washington kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu, ternyata warna tersebut adalah efek dari kondisi iklim setempat. Iklim yang ideal untuk menanam apel yang enak adalah antara suhu hangat dan suhu dingin bersamaan. "Di sini lebih dominan suhu dingin daripada yang ada di AS. Jadi, meskipun petani kami datang kemari, mereka akan kesulitan menumbuhkan apel seperti yang kami lakukan di Washington," jelasnya.
Ia menjelaskan kondisi perkebunan apel berada di gurun sehingga perubahan suhu drastis terjadi. Suhu di Washington pada siang hari berkisar 30 derajat Celcius, sedangkan di malam hari berkisar 10 derajat Celcius.
Baca Juga
Advertisement
Belum lagi rendahnya curah hujan di sana, hanya 7 inchi per tahun. Hal itu mendukung penanaman apel di Washington. Sementara di Malang, curah hujan cukup tinggi. Hal itu membuat warna apel menjadi pucat.
"Meskipun Anda memiliki apel yang berkualitas baik, warnanya hanya akan tetap hijau karena di sini sangat-sangat basah. Anda memiliki suhu berbeda dengan yang kami miliki...mungkin bila kami menumbuhkan apelmu di Washington, warnanya akan merah," ujarnya.
Di sisi lain, teknologi yang diterapkan para petani apel di Washington kini jauh lebih maju. Salah satunya dengan menerapkan intensifikasi dengan memapas pohon menjadi ramping dan menumbuhkannya berdekatan.
"Bentuknya tetap pohon tetapi jauh lebih ramping. Atas dan bawah sama-sama menghasilkan buah," katanya.
Belum lagi teknologi penyimpanan yang dimiliki. Todd mengaku memiliki chiller yang bisa mempertahankan kesegaran apel hingga setahun lamanya. Pihaknya juga mengaku memiliki teknologi robotik yang bisa mendeteksi apel yang cacat di bagian dalam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Minat Apel di Indonesia
Sementara itu, ia menyebut perkebunan apel di Washington sudah dimulai sejak 1900an atau sudah berjalan sekitar 120 tahun. Perkebunannya luas dan banyak dikelola turun temurun.
Menurut Todd, para petani setempat senang bereksperimen dengan apel. Tak heran bila kini mereka memiliki sekitar 30--40 varietas yang 12 di antaranya menjadi komoditas ekspor andalan, termasuk ke Indonesia. Namun, varietas asli Washington adalah Red Delicious.
"Kami memiliki apel yang rasanya manis, rasanya sepet dan di antara keduanya," ujarnya.
Ia mengatakan pasar apel di Indonesia berubah dalam beberapa tahun terakhir. Bila sebelumnya didominasi oleh apel Red Delicious, kini varian yang diminati lebih beragam, seperti apel Fuji, Honey Crisp, dan Granny Smith.
"Kami menargetkan volume penjualan apel di Indonesia akan meningkat 20-25 persen dalam waktu dekat. Konsumen di sini berani membayar lebih untuk apel yang lebih berkualitas," kata dia.
Advertisement