Menakar Dampak JLSS dan Tol di Kebumen Selatan

Satu atau dua dasawarsa sebelumnya, pemerintah nampaknya lebih fokus ke jalur tengah Jawa dan utara Jawa yang dikenal dengan jalur pantura dan Tol Trans Jawa.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 10 Des 2019, 14:00 WIB
Jalur Lintas Selatan-Selatan (JLSS) ruas Kebumen, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Masyarakat Kebumen, terutama yang tinggal di pesisir selatan semringah. Jalan kuno yang melintang lurus timur ke barat dan menghubungkan Yogyakarta hingga Cilacap tengah dibangun.

Ini lah Jalur Lintas Selatan-Selatan (JLSS) nan legendaris. Melegenda lantaran jalan ini adalah jalan bersejarah karena digunakan sebagai rute gerilya Pangeran Diponegoro pada masa perang Jawa, 1825-1830.

Jauh hari sebelum perang Diponegoro, jalan ini juga digunakan untuk jalur utama antarkerajaan di Jawa pada masa silam. Jalan ini, selama ratusan tahun menjadi saksi tumbuh berkembangnya peradaban kerajaan-kerajaan kuno. Sebagian besar JLSS telah tersambung hingga Yogyakarta. Kondisi jalannya pun lebar dan mulus, nyaris tanpa secuil gangguan.

Jalan yang bagus tentu saja memicu meningkatnya volume kendaraan yang melintas di jalan ini. Ekonomi pun tumbuh. Kini, kanan dan kiri jalan mulai banyak warung makan hingga oleh-oleh khas Kebumen.

Dalam skala lebih luas, akses jalan selatan bagus juga memicu meningkatnya kunjungan wisata di sejumlah objek wisata. Dahulu, Kebumen mungkin hanya populer oleh Gua Jatijajar, Pantai Ayah, atau Karangbolong.

Namun, kini pantai-pantai lainnya pun memoles diri. Di sisi timur, misalnya, ada Pantai Laguna Lembupurwo. Ada lagi Pantai Suwuk, Menganti, Pecaron, dan sebagainya.

"Berpengaruh. Karena lalu lintas sekarang ramai. Kunjungan ke objek wisata meningkat," ucap Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah (Sekda) Kebumen, Budi Suwanto, Kamis, 5 Desember 2019.

Kondisi ini pantas disyukuri. Musababnya, wilayah selatan Kebumen, sebagaimana kawasan pesisir selatan Jawa lainnya, sebelumnya nyaris tak terjamah pembangunan. Tetapi kini, JLSS menjadi pemicu meningkatnya ekonomi warga.

Simak video pilihan berikut ini:


Tol Bandung-Yogyakarta

Ruas jalan Karangpucung-Sidareja, akses menuju 'calon' exit tol Cilacap di Tambakreja, Kedungreja. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Satu atau dua dasawarsa sebelumnya, pemerintah tampaknya lebih fokus ke jalur tengah Jawa dan utara Jawa yang dikenal dengan jalur pantura dan Tol Trans Jawa. Namun, kini wilayah selatan pun berbenah dan berdampak langsung ke masyarakat.

Sejalan dengan pembangunan JLSS yang sudah nyaris tersambung ke wilayah selatan paling barat Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap, rencana tol selatan yang lama menjadi wacana mulai dieksekusi, mulainya dari sisi barat, Bandung.

Tol ini rencananya akan meyambungkan kota-kota di sisi selatan. Jalan tol akan membentang dari Bandung hingga Yogyakarta.

Tol akan dibangun secara bertahap. Yang kini sudah disosialisasikan adalah segmen Gedebage-Tasikmalaya dan Tasikmalaya-Cilacap.

Segmen Gedebage-Tasikmalaya dibangun pada 2022-2024. Adapun Tasikmalaya-Cilacap rencananya baru akan dibangun pada 2027-2029.

Di kebumen, wacana Tol ruas Cilacap-Yogyakarta sudah berembus kuat. Tentu saja lantaran tol ini melintas di Kebumen.

Budi bilang Pemerintah Kabupaten Kebumen sudah mengetahui rencana ini. Namun, Pemkab belum diberitahu informasi detail, termasuk kapan akan dibangun dan trase atau jalur tolnya.

"Karena kan itu dengan swasta ya," ucapnya.


Dampak Tol untuk Kebumen

Museum Geologi Karangsambung, Kebumen, yang dikelola oleh LIPI. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Terlepas kapan akan dibangun dan di mana tol ini melintas di Kebumen, tol ini sudah hampir pasti keniscayaan. Yang lantas menjadi pertanyaan adalah, apa dampak tol untuk masyarakat Kebumen?

Budi yakin, sedikit banyak tol Cilacap-Yogyakarta akan berdampak positif untuk Kebumen. Namun, dia menilai dampaknya tak akan sebesar JLSS.

Ini dipengaruhi oleh sifat jalan tol yang eksklusif dan tertutup sehingga tak bisa disamakan dengan jalan umum lainnya. Dia lebih berharap agar jalan tol mendongrak industri wisata Kebumen, sebagaimana JLSS yang menghidupkan objek-objek wisata di Kebumen.

Karenanya, Pemkab Kebumen melempar isyarat agar pengelola tol membangun rest area dan pintu masuk-keluar di area Kebumen. Titiknya tentu saja yang mempermudah pelaku industri, wisata, dan masyarakat Kebumen.

Dia pun berpendapat keberadaan JLSS dan tol tidak akan tumpang tindih meski berdekatan. Sebab biasanya kendaraan yang masuk tol memang bertujuan untuk perjalanan jauh.

Dia lebih berharap agar tol bisa mempermudah akses untuk industri lokal Kebumen. Terlebih, Pemkab Kebumen tengah mendorong industri kreatif dan pariwisata.

Ini juga selaras dengan program pemerintahan Presiden Jokowi yang mendorong sektor pariwisata sebagai salah satu upaya untuk menyejahterakan rakyat.

"Industri lokal Kebumen akan terdongkrak karena akses transportasinya lebih mudah," jelasnya.

Kebumen memang punya banyak wisata yang menarik. Selain pantai-pantainya yang eksotis, Kebumen juga memiliki satu objek wisata yang sulit ditemukan di wilayah lainnya, Cagar Geologi Nasional Karangsembung-Karangbolong.

Diyakini, di tempat ini lah kali pertama lantai dasar samudera terangkat dan membentuk pulau Jawa, kisaran 120-an juta tahun lampau. Batu-batu tua itu ditemukan di area cagar budaya di wilayah utara Kebumen, Kecamatan Karangsambung-Sadang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya