Ironi Penambak di Cirebon Jual Garam Cuma Rp100 per Kilogram

Polemik penambak garam di Cirebon tak pernah lepas dari harga yang sangat murah hingga masuknya impor ke Indonesia di tengah produksi yang melimpah.

oleh Panji Prayitno diperbarui 10 Des 2019, 07:00 WIB
Petambak Garam Cirebon mengeluh harga jual yang anjlok ditengah melimpahnya hasil produksi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Sejumlah penambak garam di Cirebon hanya bisa gigit jari di tengah panen yang melimpah. Hingga penghujung tahun ini, hasil produksi garam mereka belum ada yang membeli.

Garam hasil produksi penambak Cirebon masih menumpuk di gudang penyimpanan dekat lahan tambak garam mereka.

"Sudah hampir dua bulan ini hasil produksi garam di desa kami tidak ada penimbang (tengkulak) yang membeli. Tidak tahu kenapa," kata Tohari (45), salah seorang penambak garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Senin (9/12/2019).

Tohari menyebutkan, penumpukan garam berimbas kepada harga yang anjlok. Terakhir, kata dia, harga garam dia yang dijual tengkulak hanya Rp100 per kg.

Selain itu, tidak banyak tengkulak yang membeli garam hasil produksi penambak Cirebon. Sebelumnya, harga Garam Cirebon di tingkat penambak Rp 500-700 per kg.

"Ya garam hanya ditumpuk, kita timbun saja, barangkali nanti nemu harga mahal," kata Tohari.

Dia menyebutkan, harga garam Rp100 per kg tersebut belum termasuk membayar upah kuli. Penambak harus membayar upah kuli panggul Rp4000 per karung ke tengkulak.

"Kalau tengkulaknya bawa kuli panggul kami mash bisa dapat untung kalau tidak bawa ya kami yang bayar kuli pangggul. Sementara harga garam Rp 100 per kg jadi besar pendapatan kuli panggul dibanding penambak garam sendiri makannya kami simpan di gudang," kata dia.


Keran Impor

Petambak Garam Cirebon mengeluh harga jual yang anjlok ditengah melimpahnya hasil produksi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Salah seorang tengkulak garam Dul Ghoni (40) mengaku produksi yang menumpuk menjadi salah satu penyebab garam tidak laku. Menurut dia, musim panas yang lebih panjang membuat garam menumpuk.

"Kita juga tidak ada orderan dari pembeli juga. Informasinya karena ada garam impor masuk, tapi saya juga belum tahu pasti info itu," kata dia.

Dia mengaku hingga saat ini pasokan garam yang sudah terbeli masih menumpuk di gudang-gudang milik tengkulak, tapi tidak bisa keluar karena tidak ada orderan.

Ia berharap pemerintah memperhatikan kondisi tersebut. Artinya, ketika stok garam petani melimpah, janganlah impor garam.

"Stok garam kita itu cukuplah untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia. Apalagi tahun ini musim kemaraunya panjang, jadi harusnya pemerintah tidak impor garam," kata Dul.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya