Bahan Baku Sawit Hanya Bisa Penuhi Kebutuhan Biodiesel hingga B50 Saja

Harga minyak sawit akan meningkat seiring bertambahnya porsi biodiesel yang dicampurkan dengan Solar.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Des 2019, 12:15 WIB
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, porsi campuran biodiesel dengan Solar akan terus ditingkatkan. Namun dengan pasokan minyak sawit yang ada saat ini maka campuran biodiesel untuk Solar hanya cukup hingga 50 persen saja (B50).

Luhut mengatakan, mulai 1 Januari 2020 program campuran biodiesel dengan Solar akan ditingkatan 10 persen menjadi B30. Kemudian pada 2021 campuran biodiesel akan meningkat lagi menjadi B40.

"Mulai 1 Januari 2020 akan diterapkan B30 karena semua sudah siap. Tahun depan (2021) diterapkan B40,"‎ kata Luhut, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Jika melihat kondisi pasokan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel saat ini, maka penerapan campuran biodiesel dengan Solar hanya cukup sampai 50 persen (B50) saja.

‎Kemungkinan pun harga minyak sawit akan meningkat seiring bertambahnya porsi biodiesel yang dicampurkan dengan Solar.

"‎kita berhenti di B50 karena enggak cukup pasokannya," ujarnya.

Namun Luhut menegaskan, kondisi tersebut tidak menutup kemungkina‎n Indonesia akan meningkatkan campuran biodiesel dengan solar di atas 50 persen. Pasalnya, pemerintah akan menerapkan program replanting untuk meningkatkan jumlah produksi minyak sawit.

"Dengan kondisi sekarang ini hanya bisa B50. Kita bisa saja meningkat setelah beberapa tahun nanti," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hingga September, 4,49 juta KL Biodiesel Telah Dicampur Solar

Peluncuran perluasan penerapan Biodiesel 20 persen (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, jumlah 20 persen biodiesel ‎yang sudah dicampur dengan solar sampai September 2019 mencapai 4,49 juta Kilo liter (KL).

Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andriah Feby Misnah mengatakan, dari 6,6 juta KL kuota biodiesel tahun ini yang sudah digunakan 68 persennya atau 4,49 juta KL.

‎"‎Sampai akhir September sudah 68 persen atau 4,49 juta KL,” kata Andriah, ‎di Jakarta, Selasa (8/10/2019). 

Kuota biodiesel 20 persen biodiesel yang dicampur solar pada tahun ini ditambah pada Agustus 2019 dari sebelumnya sebesar 6,2 juta KL,‎ hal ini untuk menyesuaikan kenaikan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.

Alokasi biosolar tersebut akan disalurkan ke badan usaha penyalur BBM, untuk dicampurkan dengan solar sebelum dijual ke konsumen, yaitu PT Pertamina (Persero) menjadi 5,59 juta KL dan PT Exxonmobil Lubricant menjadi 200.080 KL.

PT AKR Corporindo tetap sebesar 407.000 KL, PT Jasatama Petroindo 105.000 KL‎, PT Petro Andalan Nusantara 143.750 KL‎, PT Shell Indonesia 40.250 KL‎, PT Cosmic Indonesia 10.500 KL, dan PT Cosmic Petroleum Nusantara 13.750 KL‎.

Berikutnya, jatah biodiesel PT Energi Coal Prima 39.375 KL‎, PT Petro Energy 4.800 KL, PT Gasemas 44.950 KL‎, PT Jagad Energy 2.000, PT Petro Energi Samudera 750 KL, PT Baria Bulk Terminal 4.200 KL‎, PT Pertamina Patra Niaga 1.200 KL‎, PT Mitra Andalan Batam 2.800 KL, PT Vivo Energy Indonesia 10 ribu KL‎, serta PT Yavindo Sumber Persada 6 ribu Kl‎.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya