Sisi Positif-Negatif Timnas Indonesia U-22 Usai Gagal Raih Emas SEA Games 2019

Kekalahan tersebut membuat Timnas Indonesia U-22 hanya sanggup meraih medali perak. Ini merupakan kegagalan kelima Skuat Merah Putih pada final SEA Games.

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 11 Des 2019, 13:35 WIB
Gelandang Timnas Indonesia U-22, Saddil Ramdani, tampak kecewa usai dikalahkan Vietnam U-22 pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12). Indonesia kalah 0-3 dari Vietnam. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Jakarta - Timnas Indonesia U-22 gagal meraih emas di SEA Games 2019. Pasalnya di partai puncak, Evan Dimas dan kawan-kawan dipermak Vietnam 0-3.

Kekalahan tersebut membuat Timnas Indonesia U-22 hanya sanggup meraih medali perak. Ini merupakan kegagalan kelima Skuat Merah Putih pada final SEA Games.

Tak cuma itu saja, kekalahan 0-3 merupakan yang terburuk sepanjang sejarah penampilan Indonesia di partai puncak. Sebelumnya, Garuda Muda hanya kalah dengan skor tipis, atau bahkan lewat adu penalti.

Pada pertandingan yang digelar pada Selasa (10/12/2019), Indra Sjafri kembali menurunkan formasi 4-3-3. Padahal, pada semifinal melawan Myanmar, skema 4-4-1-1 berhasil membuat lini serang Timnas Indonesia U-22 lebih agresif dalam penyerangan.

Coach Indra juga tidak memainkan Egy Maulana Vikri sejak menit pertama. Posisinya diisi oleh Witan Sulaiman yang pada laga kontra Vietnam tidak selincah Egy.

Di posisi lini tengah, trio Evan Dimas Darmono, Zulfiandi, dan Sani Rizki juga kurang efektif menciptakan peluang buat Timnas Indonesia U-22. Terlebih ketika Evan ditarik keluar karena cedera engkel, praktis kreativitas di sektor gelandang seakan mati.

Bek Vietnam, Doan Van Hau mencederai engkel Evan Dimas sehingga tak mampu melanjutkan permainan. Syahrian Abimanyu dimasukkan menggantikan Evan.

Vietnam membobol gawang Nadeo Argawinata menit 40'. Bermula dari tendangan bebas, Doan Van Hau berhasil menanduk bola dan membuat skor 1-0.

Alih-alih mampu menyamakan kedudukan, Timnas Indonesia U-22 justru kebobolan. Tendangan jarak jauh Do Hung Dung menit 59' menggetarkan jala gawang Nadeo untuk kedua kali.

Timnas Vietnam memperlebar keunggulan menit 73'. Tendangan terukur Doan Van Hau menuntaskan kerja keras Timnas Indonesia U-22 dan sekaligus menambah pundi-pundi golnya pada laga tersebut menjadi dua gol.

Saksikan video pilihan berikut ini


Lini Pertahanan

Proses terjadinya gol sundulan yang dicetak bek Vietnam, Doan Van Hau, ke gawang Timnas Indonesia U-22 pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12). Indonesia kalah 0-3 dari Vietnam. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Komposisi lini pertahanan yang diturunkan Indra Sjafri bisa dikatakan sebagai yang terbaik. Nadeo Argawinata diplot menjadi dewa pelindung gawang Timnas Indonesia U-22, dibantu oleh Andy Setyo dan Bagas Adi Nugroho yang mengisi pusat pertahanan.

Bek kiri Firza Andika juga telah kembali menjadi pilihan utama dan mengembalikan posisi Bagas Adi di posisi utama, yakni bek tengah. Di posisi bek kanan, Asnawi Mangkualam tak tergantikan.

Keempat bek andalan Garuda Muda itu sebetulnya bermain bagus dan taktis. Sayangnya, akselerasi Asnawi dan Firza di posisi full back tak terlihat seperti biasanya, di mana keduanya gemar membantu penyerangan.

Performa impresif Asnawi pada laga-laga sebelumnya urung terulang pada laga kontra Vietnam. Agaknya, pelatih Vietnam, Park Hang-seo sudah memberikan instruksi khusus untuk mematikan sektor sayap Timnas Indonesia U-22 yang memang menjadi andalan dalam membangun serangan.


Lini Tengah

Gelandang Timnas Indonesia U-22, Evan Dimas, tampak kecewa usai dikalahkan Vietnam U-22 pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12). Indonesia kalah 0-3 dari Vietnam. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Cukup jelas, keluarnya Evan Dimas Darmono pada pertengahan babak pertama membuat lini tengah Timnas Indonesia U-22 tidak hidup. Tanpa mengesampingkan peran pemain lain, ketidakberadaannya memang mematikan kreativitas lini tengah Garuda Muda.

Penggantinya, Syahrian Abimanyu juga kesulitan mengembangkan permainan. Pun dengan Sani Rizki yang seperti kehilangan arah ketika rekan-rekannya sedang menguasai bola.

Singkatnya, permainan Skuat Merah Putih selepas Evan Dimas ditarik keluar tak berirama. Zulfiandi yang bertugas sebagai breaker dan penyeimbang di lini tengah juga seperti kebingungan tatkala Timnas Indonesia U-22 menjalani transisi dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya.

Pada laga tersebut, Timnas Indonesia U-22 memang sanggup menguasai possession ball. Sayang, catatan itu terasa percuma karena buruknya output dari penguasaan bola tersebut.


Lini Serang

Striker Timnas Indonesia U-22, Osvaldo Haay, menggiring bola saat melawan Vietnam U-22 pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12). Indonesia kalah 0-3 dari Vietnam. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Permainan Timnas Indonesia U-22 pada laga semifinal begitu memanjakan, enak dilihat, dan sedap dinikmati. Itu tak lepas dari banyaknya serangan yang dihasilkan oleh Egy Maulana Vikri dkk.

Akan tetapi, itu tak terlihat lagi saat Merah Putih bersua Vietnam pada final SEA Games 2019. Osvaldo Haay malah lebih sering meluapkan emosinya ketimbang menciptakan peluang.

Keberadaan Witan Sulaiman juga tak berpengaruh banyak sepanjang babak pertama. Ekspolisivitas Saddil Ramdani juga jangan ditanya. Trio penyerang Timnas Indonesia U-22 pada laga tersebut, khusunya pada babak pertama seakan tak bertaji.

Egy kemudian dimainkan pada babak kedua. Akan tetapi, tak banyak yang bisa ia lakukan karena selalu mendapatkan pengawalan ketat pemain Vietnam.

Formasi 3-5-2 yang diterapkan Park Hang-seo membuat lini serang Timnas Indonesia U-22 tak berkutik. Ini menjadi pekerjaan rumah buat Indra Sjafri ketika bertemu tim dengan formasi tiga bek sejajar plus dua pemain sayap yang rajin membantu pertahanan dan lugas ketika menyerang.

Disadur dari: Bola.com (penulis Gregah, editor Aning, published 11/12/2019)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya