Selain Gerbang Kertasusila, Pemerintah Harus Kembangkan Daerah Lain

Presiden Jokowi sudah teken Perpres Nomor 80 Tahun 2019 terkait percepatan pembangunan Gerbang Kertasusila diharapkan seiring dengan daerah lain.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Des 2019, 11:50 WIB
Tol Sumo membentang sepanjang 36,27 kilometer (km) dan menghubungkan Kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto. (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diharapkan tetap fokus memperhatikan daerah lain di Jawa Timur meski Peraturan Presiden sudah diteken terkait percepatan pembangunan ekonomi pada Gerbang Kertosusila dan wilayah sekitarnya.

Presiden Jokowi teken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2019 tentang percepatan pembangunan ekonomi pada Gerbang Kertosusila, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru dan Kawasan Selingkar Wilis dan lintas selatan pada 20 November 2019.

Doren ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, Rahma Gafmi mengatakan, penandatangan perpres itu menunjukkan ada keinginan untuk menghubungkan wilayah di Jawa Timur. Pemerintah pusat dan daerah bersama fokus mengembangkan daerah-daerah yang masuk Gerbang Kertasusila. Meski demikian, Rahma mengharapkan  pemerintah  tidak meninggalkan daerah lain yang minim konektivitas.

“Jadi daerah yang minim diconnectedkan (dihubungkan-red) dengan daerah yang surplus seperti Trenggalek, Ngawi. Ada upaya bangun industri ke daerah,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (11/12/2019).

Ia ingin pengembangan daerah di Gerbang Kertasusila beriringan dengan daerah lain. Hal itu diharapkan dapat menciptakan multiflier efek ekonomi. Dengan sama-sama mengembangkan daerah-daerah di Jawa Timur secara merata, menurut Rahma juga dapat menekan tingkat ketimpangan. Ia menuturkan, tingkat ketimpangan di Jawa Timur termasuk tinggi. Tercatat rasio gini di Jawa Timur sekitar 0,37 persen pada Maret 2019.

“Fokus ke daerah minus tadi memberikan sesuatu yang urgent untuk meningkatkan infrasstruktur, sumber daya manusia, dan material. Ini harus dipermudah investor,” ujar dia.

Lebih lanjut ia menuturkan,  pertumbuhan investasi dapat memperluas kesempatan kerja. Hal ini bagi penting karena untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Jokowi Perpres Percepatan Pembangunan Kawasan Gerbang Kertosusila

Simpang Susun Jombang di ruas tol Jombang-Mojokerto. (Foto: Kementerian PUPR)

Sebelumnya, Pemerintah berupaya mempercepat pembangunan ekonomi Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbang Kertosusila).

Selain itu percepatan pembangunan di wilayah sekitarnya meliputi Tuban, Bojonegoro, dan Jombang, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru (BTS), dan kawasan Selingkar Wilis dan lintas selatan.

Percepatan pembangunan ini untuk  meningkatkan daya saing kawasan yang berdampak pada pertumbuhan investasi dan peningkatan ekonomi nasional yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun teken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2019 tentang percepatan pembangunan ekonomi pada gerbang Kertosusila, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru dan kawasan Selingkar Wilis dan lintas selatan. Penandatanganan Perpres ini dilakukan pada 20 November 2019. Demikian mengutip Setkab, Selasa, 3 Desember 2019.

Berdasarkan Perpres ini, untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi kawasan yang berdampak pada perekonomian regional dan nasional dilakukan percepatan pembangunan atas:

a.Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan dan wilayah sekitarnya meliputi Tuban, Bojonegoro, dan Jombang yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden disebut Kawasan Gerbangkartosusila.

b.Kawasan Bromo-Tengger-Semeru yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut kawasan BTS,

c.Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.

Untuk mendukung dan memberikan nilai tambah pembangunan kawasan sebagaimana dimaksud, menurut PP ini dilakukan pengembangan antara lain kawasan selingkar Ijen, dan kawasan Madura dan kepulauan.

"Percepatan pembangunan ekonomi kawasan Gerbangkartosusila, kawasan BTS, dan kawasan Selingkar Wilis dan lintas selatan sebagaimana dimaksud, serta pengembangan Kawasan Selingkar Ijen dan Kawasan Madura dan kepulauan sebagaimana dimaksud dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dalam Rencana Induk Pembangunan Kawasan yang selanjutnya disebut sebagai Rencana Induk,” bunyi pasal 2 ayat (1) Perpres ini.

 


Sumber Pendanaan

PP menyebutkan, dalam pelaksanaan rencana induk yang dimaksud, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendampingi atas ketersediaan dokumen perencanaan, penyiapan dan pelaksanaan.

Rencana induk sebagaimana dimaksud tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini, berfungsi sebagai:

a.pedoman bagi menteri dan kepala lembaga untuk menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan pembangunan Kawasan Gerbangkertosusilo, Kawasan BTS, Kawasan Selingkar Wilis, dan lintas selatan, kawasan selingkar ijen, kawasan Madura, dan kepulauan di bidang tugas masing-masing yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan

b.Pedoman untuk penyusunan kebijakan percepatan pembangunan kawasan Gerbangkertosusila, kawasan BTS, kawasan Selingkar Wilis, dan lintas selatan, Kawasan Selingkar Ijen dan Kawasan Madura, dan kepulauan pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota terkait.

Menurut PP ini, pendanaan untuk pelaksanaan percepatan pembangunan ekonomi di kawasan ini dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kerja sama pemerintah dengan badan usaha, dan sumber pembiayaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

"Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melakukan pengendalian, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan Presiden ini, dan melaporkan kepada Presiden paling kurang satu kali dalam enam bulan dan sewaktu-waktu apabila diperlukan,” bunyi pasal 9 Perpres ini.

Untuk mengubah atas daftar proyek dalam rencana induk berdasarkan hasil evaluasi pengembangan kawasan, menurut PP ini, perubahan ditetapkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian setelah mendapat persetujuan presiden.

"Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan," bunyi Pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H.Laoly pada 25 November 2019.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya