Bulog Kembangkan Beras Bervitamin Buat Atasi Masalah Gizi Buruk

Bulog telah berinovasi dengan menyiapkan beras fortifikasi yang salah satunya dapat disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Des 2019, 12:10 WIB
Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog menginisiasi rencana aksi pemerintah pusat dan daerah dalam pemanfaatan beras bervitamin guna percepatan pencegahan dan penanganan stunting serta anemia.

Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Gatot Trihargo, menyampaikan bahwa pihaknya siap bekerjasama dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang memiliki tujuan yang sama untuk penyediaan tambahan gizi bagi masyarakat, maupun dengan konsumen di setiap lini untuk penyediaan pangan sehat bergizi.

Dia berharap, beras fortifikasi yang dikembangkan Bulog ini dapat menjadi jembatan integrasi kebijakan antar program pemerintah sehingga dapat mengurangi serta menangani prevalensi stunting dan anemia di Indonesia.

Hal tersebut dapat diimplementasikan melalui integrasi dengan program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) serta program pangan lainnya.

"Dengan integrasi kebijakan, diharapkan dapat menghasilkan SDM berkualitas dan mampu menjadi motor penggerak pembangunan bangsa yang kreatif, produktif dan berdaya saing tinggi," ujar Gatot di Gedung Serbaguna Oryza Bulog, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Adapun beras fortifikasi atau beras bervitamin yang akan disalurkan oleh Bulog merupakan beras sehat yang diperkaya dengan beberapa mikronutrien seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, zat besi dan seng (Zn).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mampu Atasi Gondok

Pekerja menurunkan beras bulog di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, (16/2). Kementerian Pertanian mencatat harga beras Desember 2014 hingga Januari 2016 memang mengalami kenaikan, namun berangsur turun pada pekan kedua Februari. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berbicara fortifikasi pangan di Indonesia bukan hal yang baru. Pada 1986, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah berhasil mengatasi masalah penyakit gondok melalui kebijakan yang mewajibkan fortifikasi garam dengan iodium.

Pada 2003, Pemerintah juga telah mewajibkan fortifikasi tepung terigu dengan enam jenis vitamin dan mineral. Fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A juga sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu dan sedang dalam proses untuk diwajibkan.

"Oleh karena itu, terkait dengan tugas Bulog untuk mendukung program Pemerintah dalam intervensi gizi sensitif melalui peningkatan akses pangan bergizi, Bulog telah berinovasi dengan menyiapkan beras fortifikasi yang salah satunya dapat disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah dengan harapan dapat semakin berdaya ungkit untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat," ungkap Gatot.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya