Ngeri, Mantan Menteri Diduga Terima Suap dari Raja Narkoba Meksiko

Bagaikan di film, kartel narkoba ternyata dapat dukungan pejabat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Des 2019, 13:42 WIB
Sabu-sabu. Ilustrasi: Dwiangga Perwira/Kriminologi.id

Liputan6.com, Dallas - Mantan Menteri Keamanan Masyarakat Meksiko, Genaro Garcia Luna, diciduk aparat karena dituduh menerima suap dari raja narkoba El Chapo yang sedang buron. Luna dituding menerima uang ketika sedang menjabat di posisi penting pemerintahan pada 2001 hingga 2012.

Dilaporkan BBC, Rabu (11/12/2019), Genaro Garcia Luna dituduh menerima uang dari kartel hingga USD 5 juta atau Rp 70,1 miliar (USD 1 = Rp 14.033). Uang itu diberikan secara langsung dalam dua koper selama dua kali pertemuan.

Berdasarkan pernyataan Kementerian Kehakiman AS, Garcia Luna menerima uang untuk menyediakan perlindungan bagi aktivitas penyelundupan narkoba. Tak hanya itu, ia juga membocorkan informasi sensitif penegakan hukum terkait investigasi, serta informasi tentang kartel narkoba pesaing El Chapo.

"Dengan tindakan itu, ia memfasilitasi pengiriman berton-ton kuantitas kokain dan narkoba lain ke Amerika Serikat (AS)," jelas Kementerian Kehakiman AS dalam situs Justice.gov.

Tindakan ia lakukan saat menjabat sebagai kepala Badan Investigasi Federal Meksiko (2001-2005) kemudian berlanjut saat ia menjabat sebagai Menteri Keamanan Masyarakat (2006-2012). Saat menjabat sebagai menteri, Garcia Luna juga mengendalikan kepolisian Meksiko.

Penahanan dilakukan di Dallas, Texas, pada Selasa, 10 Desember 2019. Garcia Luna diketahui pindah ke AS pada 2012 lalu membawa uang jutaan dolar. Tahun lalu, ia juga sempat berminat dinaturalisasi menjadi warga AS.

Investigasi dilakukan oleh New York Strike Force, pasukan penegakan hukum yang didukung oleh pasukan anti-narkoba AS seperti Organized Crime Drug Enforcement Task Force. Ia akan diadili di pengadilan di Brooklyn, New York.

"Penahanan yang dilakukan menunjukan tekad kami untuk mengadili pihak-pihak yang membantu kartel dalam melakukan kerugian terhadap Amerika Serikat dan Meksiko, tanpa melihat jabatan apa yang mereka pegang saat melakukan tindak kejahatan," ujar Jaksa Agung AS Richard Donoghue.

Pihak Kementerian Kehakiman menegaskan tetap menjunjung asas praduga tak bersalah. Namun, apabila terbukti bersalah, Garcia Luna terancam penjara seumur hidup.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kartel Akan Masuk Daftar Teroris di AS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (tengah) didampingi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara kepada anggota militer saat mengunjungi Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). (AP Photo/Alex Brandon)

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) membuat terobosan dengan membentuk kelompok narkoba masuk ke dalam kategori teroris. Kelompok yang ditarget adalah kartel-kartel asal Meksiko yang kerap menyelundupkan narkoba.

Dilaporkan U.S. News, Trump mengaku sudah mengurus isu ini selama tiga bulan. Ia berkata proses penunjukan suatu kelompok ke daftar terorisme juga tak mudah. Pihaknya pun berkoordinasi dengan negara terkait, yakni Meksiko.

"Saya telah mengurus ini selama 90 hari terakhir. Kau tahu, penunjukan (designation) tidak semudah itu, kamu harus melalui sebuah proses, dan kita sedang memperdalam proses tersebut," ujar Trump kepada Bill O'Reilly dari Fox News. 

Masalah kartel narkoba Meksiko sebetulnya sudah menjadi isu lama bagi pemerintahan Trump. Pembangunan tembok di perbatasan selatan AS juga karena ingin menangkal masuknya kartel narkoba ke AS.

Kementerian Luar Negeri Meksiko merespons dengan mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan mengadakan pertemuan level tinggi dengan pejabat Kemenlu AS terkait urusan hukum atas designation tersebut. Masalah aliran senjata dan uang ke kelompok kriminal juga turut dibahas.

"Menlu akan membangun kontak dengan Menlu AS Michael R. Pompeo untuk membahas isu yang sangat penting ini demi agenda bilateral," ujar pihak kementerian.

Sekalinya sebuah kelompok menjadi anggota teroris, maka masyarakat dilarang memberikan dukungan kepada anggota tersebut. Anggota-anggotanya pun tidak boleh masuk ke AS dan dapat dideportasi.

Donald Trump juga pernah menawarkan bantuan ke Meksiko untuk mengobarkan perang terhadap narkoba. Ia berjanji ingin "menyapu bersih para kartel dari muka bumi."

 


Penangkapan Putra Gembong Narkoba Meksiko El Chapo Picu Baku Tembak

Joaquin "El Chapo" Guzman dikawal ke sebuah helikopter, diborgol oleh marinir angkatan laut Meksiko di Mexico City pada 22 Februari 2014 ini. (AP / Eduardo Verdugo)

Sebelumnya, pertempuran hebat pecah di bagian utara Meksiko setelah pasukan keamanan menangkap salah satu putra gembong narkoba yang dipenjara Joaquín Guzmán alias El Chapo.

Pertempuran itu berkecamuk selama beberapa jam setelah Ovidio Guzmán López ditemukan selama patroli rutin di Kota Culiacán. 

Cuplikan di TV Meksiko menunjukkan orang-orang bersenjata berat menembaki polisi dari  dalam kendaraan. Jasad dan barikade yang terbakar berserakan di seberang jalan.

"Guzmán kemudian dibebaskan - untuk menghindari kekerasan lebih lanjut," kata pihak berwenang. seperti dikutip dari BBC.

Menteri Keamanan Meksiko, Alfonso Durazo, mengatakan patroli Polisi Militer Nasional mendapat serangan keras dari dalam rumah tempat putra El Chapo ditahan, memaksa mereka untuk mundur demi keselamatan mereka sendiri.

"Guzmán ditangkap tetapi kemudian dibebaskan, untuk menghindari lebih banyak kekerasan di daerah itu demi nyawa personel kami dan memulihkan ketenangan di kota", papar Durazo.

Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador mengatakan dia akan menunda pertemuan dengan kabinet keamanan untuk membahas insiden itu.

Obrador terpilih dengan janji menindak kartel narkoba Meksiko, dan telah menugaskan pasukan keamanan baru, Garda Nasional, untuk memerangi mereka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya