Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).
Ditegaskan dalam melakukan PMSE, para pihak harus memperhatikan prinsip iktikad baik, kehati-hatian, transparansi, keterpercayaan, akuntabilitas, keseimbangan serta adil dan sehat.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengapresiasi langkah pemerintah tentang pembentukan PP e-commerce ini. Dengan PP ini, persaingan usaha online akan lebih sehat dan rapi.
"Bagus ya, karena persaingan usaha dalam sistem elektronik akan lebih teratur dan bisa menjamin konsumen juga tentunya," ujar Piter saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (11/12/2019).
Baca Juga
Advertisement
PP ini juga mengharuskan pelaku usaha online mengutamakan produk-produk lokal, sehingga, menurut Piter, akan mengangkat nilai produk lokal Indonesia.
Namun begitu, pedagang online juga harus bersiap untuk membayar pajak. Piter menilai, memang hal itu akan mengejutkan untuk pertama kali.
"Pertama memang akan kaget, tapi lama-lama akan terbiasa," ujarnya.
Sementara, besaran pajak dan aturan lain yang lebih merinci sedang digodok oleh pemerintah. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto menyatakan pihaknya tengah merumuskan aturan turunan e-commerce.
Salah satunya adalah bagaimana untuk menjaring pedagang-pedagang di media sosial atau sosmed yang jumlahnya kini cukup banyak.
"Tentunya kami tidak bisa sendirian memutuskan. Sehingga kami dalam waktu 1-2 minggu ini akan membuat tim kecil pokja yang anggotanya dari Kemendag, Kominfo, Kemenko Perekonomian, dan juga dari pelaku usaha, anggota idEA, kira-kira mana yang pas dimaksud dalam Permendag langsung," tuturnya beberapa waktu lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Transaksi E-Commerce Indonesia Diprediksi Tembus Rp 1.000 Triliun di 2025
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, melihat di Indonesia telah terjadi revolusi industri. Ia memaparkan mengenai Gross Marchandise Value (GMV) atau nilai total transaksi e-commerce di Indonesia yang diperkirakan alami kenaikan.
"GMV e-commerce Indonesia tahun 2019 mencapai USD 21 miliar atau Rp 294 triliun, dan diperkirakan tahun 2025 capai USD 82 miliar atau Rp 1,1 kuadriliun," kata Agus dalam forum e-commerce Indonesia 2019, Jakarta, Senin, (9/12/2019).
Hal itu didukung oleh penetrasi internet Indonesia pada tahun 2018 yang mencapai 171,17 juta jiwa.
Selain itu, ekonomi Indonesia tahun 2019 capai USD 40 miliar atau Rp 560 trilun,dan diperkirakan menembus USD 133 miliar atau Rp 1,8 kuadriliun pada tahun 2025.
Serta potensi e-commerce dunia pada 2023 diperkirakan menembus USD 6.53 triliun atau Rp 91,5 kuadriliun.
Advertisement
Berkat E-Commerce, Investasi Asing Mengalir Deras ke Indonesia
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengungkapkan dua sektor yang menjadi penyelamat Indonesia dalam mendulang foreign direct Investment (FDI). Dua sektor tersebut yakni industri pengolahan dan e-commerce.
"Dalam periode pertama Presiden Jokowi ada dua sektor yang menyelamatkan FDI, pertama sektor pengolahan industri smelter dan kedua sektor e-commerce dan ekonomi digital," kata dia, di ICE BSD, Banten, Kamis (17/10/2019).
Dia mengatakan, pada periode pertama pemerintahan Jokowi-JK, pihaknya mencatat aliran deras arus modal ke e-commerce.
"Ini fenomena yang cukup mendadak, hanya dalam 3-4 tahun terakhir FDI ke unicorn, startup meloncat dari sebelumnya hampir tidak ada, sekarang 15-20 persen dari total FDI kita setiap tahun. Dan Indonesia sudah jadi tuan rumah yg unicorn melebihi jumlah unicorn di Eropa," jelas dia.
"Presiden Jokowi sendiri gila gadget, pasion mengikuti teknologi. Kita pernah nonton sambutan beliau mengenai Tesla, space as, tentu kabinet mengikuti sehingga Indonesia menikmati sebuah suasana politik, kebijakan yang sangat pro teknologi," imbuhnya.
Ke depannya, sektor yang harus terus digenjot sebagai untuk berkontribusi pada perekonomian, termasuk mendulang FDI yakni pariwisata dan lifestyle.
"Sektor pariwisata secara global lebih tinggi pertumbuhan dari pada ekonomi dunia secara umum. Setiap 4 lapangan kerja baru, 1 adalah dari sektor pariwisata. Jadi wisata benar benar booming terutama dimotori oleh terus bergabungnya kelas menengah, global middle clash. Salah satu fenomena yang bisa diprediksi begitu orang naik kelas, terutama yang membedakan adalah lifestyle," urai Lembong.
"Lifestyle hemat saya salah satu keunggulan Indonesia dan ini akan mempunyai multiplayer effect terhadap yang bisa kita produksi, jasa yang bisa kita tawarkan ke seluruh dunia," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com