Upayakan Ramah Difabel, Google Kumpulkan Suara Penyandang Down Syndrome

Project Understood, upaya Google untuk lebih inklusif bagi penyandang down syndrome lewat teknologi pengenal suara.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Des 2019, 09:00 WIB
Seorang teknisi melewati logo mesin pencari internet, Google, pada hari pembukaan kantor baru di Berlin, Selasa (22/1). Google kembali membuka kantor cabang yang baru di ibu kota Jerman tersebut. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Sebagai upaya lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas, Google meningkatkan akurasi teknologi pengenal suara para difabel. Perusahaan teknologi raksasa itu mengumpulkan suara para penyandang Down syndrome guna mengembangkan teknologi sensor suara yang lebih akurat bagi mereka.

Melansir laman Nypost, inisiatif ini dinamai "Project Understood". Dalam proses pengerjaannya, Google bekerja sama dengan Down Syndrome Society Kanada.

"Putriku memiliki mulut lebih kecil dan lidah yang lebih besar. Bayangkan saja seperti ada sebuah marshmallow di mulutmu ketika berbicara," ujar Ed Casasgrande, Ketua Canadian Down Syndrome Society melalui sebuah video promosi proyek tersebut.

Teknologi pengenal suara cenderung gagal mengenali kata ketiga yang diucapkan penyandang Down syndrome.

"Hal ini membuat teknologi tersebut tidak terlalu berguna," kata Teknisi Google Jimmy Tobin dalam video.


Penyandang Down Syndrome Memiliki Pola Bicara yang Unik

 

Dalam situs Project Understood dijelaskan, teknologi suara tidak selalu mampu memahami pengguna dengan Down syndrome karena pola bicara mereka yang unik. "Project Understood memastikan teknologi suara di masa depan ikut melibatkan orang dengan Down syndrome."

Pola bicara individu dengan Down syndrome unik dan sulit dideteksi oleh teknologi suara seperti Siri atau Alexa. Struktur otot serta skeletal penyandang Down syndrome berbeda dari orang kebanyakan. Selain itu, teknologi suara pun belum punya data training yang lengkap.

Manajer teknisi program di Google Bob MacDonald mengatakan, teknologi yang diaktifkan melalui suara kini menjadi gaya hidup.

"Sehingga orang yang merasa teknologi itu tak berfungsi untuknya akan merasa kecewa, tidak berdaya, dan tertinggal," ucap MacDonald.

Proyek ini menargetkan mengumpulkan 500 suara untuk melatih algoritma Google. Sejauh ini sudah terkumpul 300 suara.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya