Liputan6.com, Jakarta - PT Pupuk Indonesia (Persero) telah menjalankan strategi dalam rangka mengantisipasi persoalan pasokan gas di industri pupuk dan petrokimia. Strategi tersebut diantaranya melalui program revitalisasi pabrik tua hingga optimalisasi penggunaan gas untuk bahan baku.
Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana mengatakan, langkah tersebut sejauh ini cukup efektif dalam mengurangi konsumsi gas pabrik-pabrik pupuk milik anak perusahaannya.
"Jadi revitalisasi pabrik ini selain menambah kapasitas, bertujuan juga untuk mengganti pabrik-pabrik tua yang sudah boros konsumsi bahan bakarnya dengan pabrik baru yang jauh lebih efisien. Contohnya, ada pabrik yang sudah tua dengan rata-rata konsumsi gas mencapai 40 MMBTU, kami ganti dengan pabrik baru yang konsumsi gas nya hanya 26 MMBTU, itu sudah penghematan yang cukup signifikan," kata Wijaya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (12/12/2019).
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, sambung Wijaya, Pupuk Indonesia juga dapat menghemat konsumsi gas melalui optimalisasi pemakaian gas yang difokusnya hanya sebagai bahan baku. Dimana sebelumnya gas tidak hanya untuk bahan baku produksi pupuk, tapi juga sebagai sumber energi utilitas pabrik seperti listrik, steamed, hingga uap.
"Kini utility-nya kita ganti dengan batu bara, sementara gas kami maksimalkan sebagai bahan baku," ujar Wijaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pupuk Indonesia Grup Sediakan 287 Ribu Ton Pupuk Non Subsidi
PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan ketersediaan pupuk non-subsidi atau komersil di Sumatera Utara. Data per 29 November 2019 menunjukan stok pupuk non-subsidi di Sumatera Utara berada di angka 80.312 ton, terdiri dari 46.491 ton Urea, 33.677 ton NPK, 94 ton SP-36 dan 44 ton ZA.
"Guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan petani, dan sesuai arahan Kementerian Pertanian, kami telah meminta para produsen pupuk untuk menyiapkan pupuk non subsidi di setiap kios. Sehingga petani tetap bisa mendapatkan pupuk," kata Wijaya Laksana, Kepala Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia dalam keerangannya, Selasa (3/12/2019).
Tak hanya di Sumatera Utara, sambung Wijaya, pihaknya juga memastikan ketersediaan pupuk di 34 Provinsi di Indonesia. Secara nasional, Pupuk Indonesia Grup menyediakan pupuk non-subsidi sebanyak 287.298 ton. Angka tersebut terdiri 126.994 ton Urea, 159.693 ton NPK, 297 ton SP-36 dan 314 ton ZA.
"Sejak awal tahun kami telah menugaskan kepada produsen pupuk untuk selalu menyediakan pupuk non subsidi di kios-kios resmi guna menunjang kebutuhan pupuk para petani. Maka dari itu, petani yang telah kehabisan alokasi pupuk bersubsidi diharapkan tidak perlu khawatir,” ungkapnya.
Wijaya menegaskan, dalam menjalankan penugasan penyaluran pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia Grup selalu berdasarkan alokasi di masing-masing provinsi dan selalu mengacu pada prinsip 6T, yakni tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat harga serta tepat tempat.
Advertisement
Penyaluran Pupuk
Tercatat, sampai dengan 27 November 2019, Pupuk Indonesia telah menyalurkan pupuk bersubsidi sebanyak 7.786.032 ton, atau setara 88 persen dari total alokasi tahun 2019 yang sebesar 8.874.000 ton.
Adapun stok nasional pupuk bersubsidi per 29 November sebesar 1.182.588 ton, terdiri dari Urea 583.620 ton, NPK 286.414 ton, SP-36 125.504 ton, ZA 113.249 ton, dan Organik 73.806 ton.
“Jumlah stok pupuk bersubsidi yang kami siapkan tersebut melebihi dari aturan stok yang ditetapkan Pemerintah. Sehingga jika dilihat dari sisi stok, sebenarnya sudah mencukupi untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan petani," ujar Wijaya.