Ternyata, Miliarder Cenderung Langgar Aturan dan Tidak Tertib

Tapi, sebagian besar miliarder justru berpikiran nyentrik, tidak suka diatur dan kadang, malah melanggar hukum-hukum.

oleh Athika Rahma diperbarui 13 Des 2019, 21:01 WIB
Richard Branson, pendiri Virgin Group, salah satu miliarder nyentrik. (Sumber International Business Times)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang berpikir miliarder dan orang kaya lainnya memiliki pemikiran "lurus" dan selalu memperhitungkan resiko yang akan terjadi ketika dia mengambil keputusan.

Tapi, sebagian besar miliarder justru berpikiran nyentrik, tidak suka diatur dan kadang, malah melanggar hukum-hukum.

Mengutip laman Business Insider, Kamis (12/12/2019), hasil studi psikologis yang dilakukan peneliti Jerman bernama Rainer Zitelmann yang ditujukan pada 43 miliarder di seluruh dunia mengatakan hal demikian.

Menurut hasil studi tersebut, miliarder yang rerata merupakan bos atau CEO perusahaan belum tentu memiliki jiwa kepemimpinan karena suka melanggar aturan otoritas. Mereka lebih ekstrovert dan menyukai hal baru, salah satunya dengan melakukan hal-hal yang tak lazim seperti tidak tertib.

 


Padahal, Mereka Sadar akan Hal Itu

Ilustrasi orang kreatif. Sumber foto: unsplash.com/Bench Accounting.

"Meski mereka memiliki masalah dengan otoritas, mereka memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi, lebih terbuka untuk pengalaman baru, dan lebih ekstrovert daripada populasi secara keseluruhan," jelas Zitelmann.

Sementara, responden Zitelmann adalah para pengusaha dan investor yang memilliki kekayaan setidaknya USD 11 juta atau Rp154 miliar (Rp 14.016). Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan 50 pertanyaan kepada masing-masing miliarder yang berisi tes kepribadian, berdasarkan Teori Lima Faktor Kepribadian.

Meski demikian, kepribadi ekstrovert dan nyentrik ini justru menghasilkan inovasi kreatif yang membuat produk/jasa mereka laku di pasaran.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya