Industri Garmen Belum Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

LIPI) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa industri garmen Indonesia belum siap menuju revolusi industri 4.0.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Des 2019, 18:30 WIB
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa industri garmen Indonesia belum siap menuju revolusi industri 4.0.

Hal itu disampaikan oleh Peneliti Pusat Penelitian Kebijakan dan Managemen Iptek dan Inovasi LIPI, Wati Hermawati, di Jakarta, Kamis (12/12/2019).

Dari hasil penelitian, posisi industri garmen Indonesia berada pada nilai terendah dalam rantai nilai global. Selain itu kemampuan disain dan inovasi juga masih minim.

"Status kondisi dari garmen nasional memang digiring ke arah industri 4.0, tapi kami melihat statusnya saat ini belum ada upaya untuk ke arah sana," kata Wati.

Namun, pihaknya menyadari, diperlukan upaya yang besar karena ekosistem belum mendukung mereka untuk berinovasi bisa menghasilkan produk bernilai tinggi.

Ditambahkannya, mayoritas pelaku industri garmen nasional beroperasi atas dasar pesanan dan pembeli global. Dengan demikian menyebabkan bahan baku dalam negeri belum terbangun dengan baik.

"Maka kami mengusulkan agar rantai pasokan dalam negeri perlu kita bangun," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengembangan Inovasi Masih Minim

Pekerja merapikan gulungan kain di Pasar Cipadu, Tangerang, Selasa (30/8).Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin optimistis kinerja industri tekstil dan produk tekstil nasional akan gemilang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurutnya, industri garmen atau tekstil belum terintegrasi antara industri dengan lembaga penelitiannya.

Karena itu pihaknya mengusulkan juga agar industri garmen menjadi prioritas. Untuk itu industri garmen harus masuk ke dalam salah satu program The Making Indonesia 4.0.

Meskipun ada kendala utama yakni ekosistem inovasi garmen Indonesia berada dititik terendah dalam rantai nilai global.

 


Peningkatan SDM

Aktivitas pekerja di PT Pan Brother,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan produksi dan aliran investasi di dalam dan luar negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Usulan tambahan Wati, industri garmen harus meningkatkan kualitas SDM untuk merespon kemajuan teknologi menuju industri garmen 4.0.

"Kalau hanya mengandalkan impor berlimpah dalam negeri, kita akan tetap tidak berkembang. Kita kalah dengan pesaing seperti dari vietnam yang menguasai 3,62 persen pasar dunia, Bangladesh kuasai 4,05 persen, sementara Indonesia hanya 1,56 persen," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya