Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak kuliner khas Jakarta yang disukai sejak lama sampai sekarang. Siapa yang tak suka Soto Betawi. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini, seporsi soto dengan kuah santan plus sepiring nasi ditemani teh hangat, rasanya akan sulit ditolak.
Salah satu kedai soto legendaris dan mampu bertahan lama adalah Soto H Ma’ruf atau Soto Betawi H Ma’ruf. Cikal bakal soto ini sudah ada sejak akhir masa penjajahan Belanda.
Pada 1940-an Haji Ma’ruf bin Said yang merupakan orang Betawi asli Cikini bekerja serabutan. Saat tak ada tawaran pekerjaan, ia memilih berjualan soto dengan cara dipikul dan berkeliling. Soto hasil racikannya ternyata banyak disukai.
Baca Juga
Advertisement
Setelah berjualan keliling selama bertahun-tahun, ia kemudian mulai membuka tempat permanen di Pasar Kembang Cikini. Setelah pindah tempat beberapa kali, Soto Betawi H Ma’ruf kemudian menetap di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat.
Kini, selagi TIM tengah direvitalisasi, Soto Betawi H Ma’ruf dapat dinikmati di cabang di Jalan Pramuka dan Gondangdia. Usaha H Ma’ruf diteruskan oleh anak dan kemudian cucunya. Salah satunya adalah Arfiah yang mengurus cabang di Gondangdia, Menteng.
Sampai saat ini, Arfiah dan keluarganya masih menjaga resep yang diturunkan oleh kakeknya. Sebagai generasi ketiga, dia mendapatkan mandat untuk tidak boleh mengganggu resep soto Betawi itu. Dia dan keluarganya hanya diperkenankan untuk berkreasi dengan menambah menu lain.
"Untuk bumbunya, kita juga punya orang kepercayaan untuk meracik dan membuat bumbunya setiap hari. Makanya rasanya masih tetap sama dari dulu sampai sekarang. Pelanggan kita juga begitu, pelanggan di jaman kakek saya, sekarang anak dan cucunya yang jadi pelanggan kita, selain pelanggan yang baru," tutur Arfiah pada Liputan6.com beberapa hari lalu.
"Selain Soto Betawi, kita punya menu baru, Laksa Betawi yang baru ada di tahun ini. Resepnya dari ibu saya, tadinya kita mau coba dulu apa dapat sambutan bagus, soalnya kita pernah coba beberapa menu baru tapi kurang berhasil dan cuma bertahan sebentar. Tapi ternyata pas kita bikin Laksa Betawi sambutannya bagus dan banyak yang suka," lanjut wanita yang biasa disapa Fiah ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kuah Santan dan Bening
Menurut Fiah, Laksa Betawi jadi pilihan beberapa pengunjung yang sedang tak ingin makan berat dan ternyata banyak diminati. Satu porsi laksa dihargai Rp30 ribu.
Soto Betawi H Ma’ruf sendiri bisa dibilang paling ‘basic’ kalau dibandingkan dengan soto Betawi lainnya. Paduan santan bersama jeroan dan daging yang diracik dengan rempah-rempah tanpa menggunakan bumbu penyedap membuat soto ini memiliki rasa yang khas.
Soto ini juga tidak menggunakan tambahan lain seperti kentang dan tomat, hanya bawang goreng, daun bawang, dan emping. Dalam racikan santan dan kaldu, soto H. Maruf menambahkan sedikit susu sapi murni agar rasa menjadi gurih dan kuah sedikit mengental.
Perpaduan ini membuat kuah soto berwarna kecokelatan dan ini juga yang membedakan soto ini dengan soto Betawi lainnya. Kalau tak suka kuah santan, pengunjung bisa memesan kuah bening.
Seporsi soto Betawi dengan isi daging harganya Rp45 ribu, kalau isinya campur dengan jeroan harganya Rp42 ribu. Kalau ingin disantap bersama nasi putih tinggal membatar Rp8 ribu. Selain soto dan laksa, menu favorit lainnya adalah Sate Sapi seharga Rp50 ribu.
"Dagingnya empuk, rasanya enak dan bumbu kacangnya juga gurih, pas banget kalau dicampur sama kuah sotonya," ujar Andi, salah seorang pengunjung yang sangat menyukai satai sapi.
Advertisement
Foto Jokowi dan Maudy Koesnaedi
Menu lainnya ada Sate Ayam, Sate Kambing dan Ayam Goreng. Meski tempatnya tak terlalu besar, restoran Soto Betawi H Ma;ruf di Gondangdia terasa nyaman dengan bersih dengan pendingin udara yang pas.
Yang menarik perhatian, di dindingnya terpampang foto artis maupun pejabat yang pernah berkunjung ke restoran ini. Ada Jokowi saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI, lalu Anies Baswedan, Djarot Syaiful Hidayat dan Maudy Koesnaedi.
Ada pula potongan koran yang dibingkai yang berisi liputan khusus tentang perjuangan H. Maruf bin Said merintis usahanya hingga menjadi terkenal seperti sekarang ini. Uniknya lagi, ada beberapa buku yang dipajang di meja bagian depan, mulai dari novel, kamus sampai buku tentang politik ekoomi dan sastra.
"Ini titipan penjual buku yang biasa jualan di TIM. Sekarang kan masih renovasi, mereka masih jualan di sana tapi juga nitip beberapa buku di sini," terang Arfiah.
Kalau penasaran ingin mencicipi ragam kuliner di Soto Betawi H Ma’ruf, bisa datang ke tempat ini setiap hari dari pukul 9.30 sampai 20.30 WIB.